Mukadimah
Surah Al-Fath adalah surah keempat puluh delapan dalam susunan mushaf Al-Qurโan. Terdiri dari dua puluh sembilan ayat dan termasuk surah madaniyyah, turun setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam hijrah ke Madinah, tepatnya pada tahun keenam saat perjalanan pulang ke Madinah. Seperti yang dipaparkan oleh Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, โSurah yang mulia ini turun ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pulang dari Hudaibiyyah pada tanggal 6 Dzulqaโdah tahun 6 H. Setelah orang-orang musyrik menghalanginya masuk Masjidil Haram untuk melaksanakan umrah, lalu membuat perdamaian yang intinya Nabi dan para sahabat harus membatalkan umrah tahun itu dan boleh kembali untuk umrah tahun depan.โ
Turunnya surah Al-Fath mengabarkan kemenangan yang diraih oleh Rasulullah dan para sahabatnya sebagai hadiah besar dan pelipur lara bagi mereka, di saat para sahabat merasa kecewa dan sedih karena tidak bisa melaksanakan umrah, ditambah butir-butir perdamaian yang mereka pahami sangat merugikan kaum muslimin dan menguntungkan kaum musyrik Quraisy.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat bergembira dan bersukacita setelah turunnya Surah ini. Kegembiraan beliau tergambar dalam ucapannya sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari,
“ููููุฏู ุฃูููุฒูููุชู ุนูููููู ุงููููููููุฉู ุณููุฑูุฉู ูููููู ุฃูุญูุจูู ุฅูููููู ู ูู ููุง ุทูููุนูุชู ุนููููููู ุงูุดููู ูุณู”
โSungguh telah turun kepadaku malam ini satu surah yang lebih aku cintai daripada dunia dan seisinya.โ
Tafsir Ayat 1-3.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
ุฅููููุง ููุชูุญูููุง ูููู ููุชูุญูุง ู ูุจููููุง (1) ููููุบูููุฑู ูููู ุงูููููู ู ูุง ุชูููุฏููู ู ู ููู ุฐูููุจููู ููู ูุง ุชูุฃูุฎููุฑู ููููุชูู ูู ููุนูู ูุชููู ุนููููููู ููููููุฏููููู ุตูุฑูุงุทูุง ู ูุณูุชููููู ูุง (2) ูููุตุฑู ุงูููููู ููุตูุฑูุง ุนูุฒููุฒูุง (3)
Terjemahan ayat
โSesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata. (1) Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang, serta menyempurnakan nikmat-Nya untukmu dan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. (2) dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat.(3)โ
Tafsir ayat
Dalam Tafsir Taisir al-Karim al-Rahman, Abdurrahman Saโdy mengatakan bahwa kemenangan yang disebut dalam ayat ini adalah perdamaian Hudaibiyah, ketika kaum musyrik Quraisy menghalangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang datang dengan maksud untuk melaksanakan umrah, yang berakhir dengan disepakatinya sebuah perjanjian damai.
Banyak yang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan kemenangan ini adalah penaklukan kota Mekah. Imam Bukhari dalam kitab Shahih al-Bukhari meriwayatkan perkataan seorang sahabat yang bernama Bara bin Azib, โKalian mengira bahwa kemenangan ini adalah penaklukan Mekah. Benar bahwa penaklukan Mekah adalah sebuah kemenangan, akan tetapi kami menganggap bahwa kemenangan itu adalah Baiโat Ridwan pada saat kami berada di Hudaibiyyah.โ Pernyataan senada juga disampaikan oleh sahabat-sahabat lainnya seperti Abdullah ibnu Masโud dan Jabir bin Abdillah, sebagaimana dipaparkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qurโan al-Azhim.
Imam Bukhari meriwayatkan hadits yang cukup panjang tentang proses terjadinya perdamaian Hudaibiyah antara Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan Suhail bin Amr mewakili kaum musyrik Mekah. Sebuah proses yang alot dan menjengkelkan para sahabat, di mana Suhail tidak mau mengakui nama Allah โAl-Rahmanโ dan menolak kerasulan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sementara Nabi selalu menerima dan menyesuaikan dengan semua keinginan Suhail. Akhirnya disepakati dua hal: Pertama, Rasulullah dan para sahabat tidak boleh melaksanakan umrah tahun itu, dan boleh melaksanakannya satu tahun kemudian. Kedua, bila orang Mekah datang ke Madinah tanpa izin walinya maka harus dikembalikan walaupun dia telah masuk Islam, sedangkan bila ada orang Madinah datang ke Mekah tanpa izin walinya maka tidak perlu dikembalikan.
Sementara dalam Al-Bidayah wa al-Nihayah, Ibnu Katsir mengutip riwayat Ibnu Ishaq yang menyebutkan butir-butir perjanjian damai Hudaibiyah sebagai berikut: Pertama, menghentikan peperangan selama sepuluh tahun . Kedua, bila orang Mekah datang ke Madinahtanpa izin walinya maka harus dikembalikan walaupun dia telah masuk Islam, sedangkan bila ada orang Madinah datang ke Mekah tanpa izin walinya maka tidak perlu dikembalikan. Ketiga, saling memaafkan atas apa yang terjadi sebelum perdamaian. Keempat, saling menjaga keamanan atas diri dan harta baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Kelima, semua kabilah Arab boleh memilih untuk bergabung dalam ikatan dengan Nabi Muhammad atau dengan orang-orang Quraisy.
Selanjutnya Saโdy mengatakan bahwa perdamaian Hudaibiyah itu melahirkan perasaan aman dari gangguan musuh, meluaskan wilayah dakwah Islam, memberikan keleluasaan bagi setiap muslim di mana pun berada untuk melaksanakan agamanya, memberikan kesempatan bagi orang-orang untuk lebih mengenal agama Islam, dan menjadi sebab masuknya manusia ke dalam agama Islam secara berbondong-bondong. Maka Allah menyebutnya sebagai sebuah kemenangan yang nyata dan jelas. Karena sesungguhnya tujuan dari penaklukan negeri-negeri kaum musyrik adalah untuk meninggikan agama Allah dan kemenangan kaum muslimin. Dan itu semua terjadi setelah perdamaian Hudaibiyah.
Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla memberikan tambahan kebaikan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam setelah kemenangan itu berupa: Pertama, Allah mengampuni dosa-dosa Nabi baik yang telah lalu maupun yang akan datang. Hal ini karena Nabi menjadi sebab semakin banyaknya ketaatan dan amal salih yang dilakukan manusia dan banyaknya orang yang masuk Islam. Di samping perjuangan dan kerja keras Nabi untuk meraih kemenangan, yang tidak mungkin bisa dilakukan kecuali oleh para Rasul yang memiliki tekad yang sangat kuat (Ulul Azmi). Namun pengampunan dosa bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak membuat semangat ibadahnya mengendur, justru sebaliknya bertambah kuat. Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah binti Abu Bakr yang menceritakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri shalat malam sampai bengkak kakinya. Lalu Aisyah bertanya, โKenapa Engkau melakukan ini padahal dosamu yang lalu dan yang akan datang telah diampuni.โ Ternyata beliau menjawab, โKenapa aku tidak menjadi hamba yang paling bersyukur (dengan diampuni dosa-dosaku itu).โ
Kedua, Allah menyempurnakan nikmat-Nya kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan meninggikan agamanya, memberikan kemenangan atas musuh-musuhnya dan meluaskan pengaruhnya. Imam Qurthuby dalam Tafsir Al-Jamiโ li Ahkam al-Qurโan mengutip penafsiran Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwa disempurnakan nikmatnya di surga. Ada juga yang menafsirkan disempurnakan nikmat dengan penaklukan Mekah, Thaif dan Khaibar.
Ketiga, Allah membimbing Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk selalu berada di atas jalan yang lurus menuju kebahagian dunia dan akhirat yang abadi. Menurut Al-Qurthubi, Allah memantapkan Nabi di atas petunjuk sampai dicabut nyawanya. Dan menurut Ibnu Katsir, Allah membimbing Nabi dengan syariat yang agung dan agama yang lurus.
Keempat, Allah memberikan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pertolongan yang kuat untuk mengokohkan Islam, mendapat kemenangan yang sempurna, menekan dan melemahkan kaum kafir di saat kaum muslim bertambah kuat, tumbuh dan sejahtera. Ibnu Katsir mengatakan bahwa ketinggian derajat Nabi dan kemenangan atas kaum kafir diberikan oleh Allah disebabkan ketundukannya terhadap semua perintah Allah. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi,
“ูู ุง ุฒุงุฏ ุงููู ุนุจุฏุง ุจุนูู ุฅูุง ุนุฒุง, ูู ุง ุชูุงุถุน ุฃุญุฏ ููู ุฅูุง ุฑูุนู”
โAllah tidak akan menambah bagi seorang hamba yang memaafkan (orang lain) kecuali kemuliaan, dan tidaklah seorang hamba merendahkan dirinya kepada Allah kecuali Dia angkat derajatnyaโ
Hikmah dan Pelajaran dari Ayat
Pertama, bahwa Allah Yang Maha Agung pasti menolong dan memberikan kemenangan bagi orang-orang yang beriman dan berjuang di jalan-Nya, cepat atau lambat. Maka seorang Muslim senantiasa optimis dalam berjuang, tidak terburu-buru ingin mendapatkan buah perjuangannya, apalagi yang berhubungan dengan materi duniawi.
Kedua, bahwa Allah tidak memberikan kemenangan kepada seseorang tanpa didahului dengan perjuangan dan pengorbanan. Sebagaimana yang dialami oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, berdakwah di Mekah selama 13 tahun, kemudian hijrah ke Madinah, menghimpun kekuatan dan membentuk sebuah pemerintahan di sana. Di Madinah pun beliau berhadapan dengan kaum Yahudi dan orang-orang munafik. Peperangan-demi peperangan yang dilakukan untuk meninggikan kalimat tauhid, baik yang dipimpin langsung oleh beliau (ghazwah), maupun yang tidak dipimpin oleh beliau (sariyyah), banyak sahabat yang gugur dalam peperangan-peperangan tersebut.
Ketiga, bahwa apa yang ditetapkan oleh Allah pasti baik bagi seorang muโmin, walaupun di awal terlihat seperti buruk. Hal mana semakin menguatkan keimanan dan keyakinan akan kebenaran Allah dan Rasul-Nya, untuk selanjutnya menerima apapun yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya secara utuh dan sempurna, tanpa keraguan sedikitpun.
Keempat, bahwa dalam hidup ini seringkali kita menganggap sesuatu tidak baik, ternyata di kemudian hari kita dapatkan kebaikannya. Sebaliknya mungikin seringkali kita menganggap sesuatu baik, ternyata di kemudian hari kita dapatkan sebaliknya.
Wallahu Aโlam.