Antara Ujian Dunia dan Ujian Akhirat
Download file pdf di sini
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالٗا كَثِيرٗا وَنِسَآءٗۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيبٗا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أما بعد::
Hadirin jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah ﷻ!
Pada hari ini santri-santri kita sedang menghadapi ujian penilaian tengah semester. Ujian ini sejatinya mengingatkan kita akan ujian yang akan kita hadapi bersama, yaitu ujian di akhirat. Maka, pada kesempatan kali ini, khatib akan menjelaskan beberapa perbedaan antara ujian di dunia dan ujian di akhirat.
Hadirin jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah ﷻ!
Perbedaan pertama antara ujian dunia dan ujian akhirat yaitu dari segi materi yang diujikan. Materi yang diujikan dalam ujian dunia hanyalah sebagian dari materi pelajaran yang telah disampaikan. Mungkin hanya beberapa puluh atau ratus halaman saja. Adapun ujian akhirat, maka materinya adalah semua amalan kita ketika di dunia. Allah ﷻ berfirman:
وَوُضِعَ الْكِتٰبُ فَتَرَى الْمُجْرِمِيْنَ مُشْفِقِيْنَ مِمَّا فِيْهِ وَيَقُوْلُوْنَ يٰوَيْلَتَنَا مَالِ هٰذَا الْكِتٰبِ لَا يُغَادِرُ صَغِيْرَةً وَّلَا كَبِيْرَةً اِلَّآ اَحْصٰىهَاۚ وَوَجَدُوْا مَا عَمِلُوْا حَاضِرًاۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ اَحَدًا ࣖ
“Diletakkanlah kitab catatan amal setiap orang, lalu engkau akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang tertulis di dalamnya. Mereka berkata, “Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak meninggalkan yang kecil dan yang besar, kecuali semuanya tercatat.” Mereka mendapati semua apa yang telah mereka lakukan (tertulis). Tuhanmu tidak menzalimi seorang pun.” (QS. Al-Kahfi: 49)
Maka, materi ujian akhirat adalah semua ucapan dan perbuatan kita yang dicatat oleh para malaikat. Allah ﷻ berfirman:
هٰذَا كِتٰبُنَا يَنْطِقُ عَلَيْكُمْ بِالْحَقِّ ۗاِنَّا كُنَّا نَسْتَنْسِخُ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
“Inilah Kitab (catatan) Kami yang menuturkan kepadamu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan.” (Al-Jasiyah: 29)
Perbedaan kedua, dari segi jumlah pertanyaan. Untuk pertanyaan ujian di dunia bisa kita hitung, tiga puluh, empat puluh, lima puluh, atau seratus pertanyaan. Adapun untuk ujian di akhirat, pertanyaannya sangatlah banyak dan tidak bisa kita hitung, karena pertanyaannya melingkupi segala hal yang kita lakukan. Allah ﷻ berfirman:
فَوَرَبِّكَ لَنَسْـَٔلَنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَۙ عَمَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Maka, demi Rabb-mu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Hijr: 92-93).
Rasulullah ﷺ bersabda:
لا تَزولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حتَّى يُسأَلَ عنْ عُمُرِه فِيْمَ أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيْمَ فعَلَ فِيْهِ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَ أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيْمَ أَبْلَاهُ
“Tidak bergeser kedua kaki seorang hamba di hari Kiamat sampai ia ditanya tentang umurnya untuk apa dihabiskan? Tentang ilmunya untuk apa ia pergunakan? Tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia habiskan? Dan tentang tubuhnya untuk apa ia pergunakan?” (HR. At-Tirmidzi dan Ad-Darimi).
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya.” (Muttafaqun ‘alaih).
Seorang penyair berkata [1]:
وَلَوْ أَنَّا إِذَا مِتْنَا تُرِكْنَا *** لَكَانَ الْمَوْتُ رَاحَةَ كُلِّ حَيٍّ
وَلَكِنَّا إِذَا مِتْنَا بُعِثْنَا *** وَنُسْأَلُ بَعْدَهُ عَنْ كُلِّ شَيْءٍ
Sekiranya jika mati, kita dibiarkan bergitu saja
Tentu kematian akan menjadi peristirahatan untuk setiap yang hidup.
Akan tetapi setelah kita wafat kita akan dibangkitkan
Dan ditanya tentang segala hal yang kita lakukan.
Perbedaan ketiga, dari segi tempat. Ujian di dunia dilakukan di tempat dan kondisi yang sangat nyaman. Dalam ruangan dan orang-orang di sekitar dikondisikan supaya menjadikan para peserta ujian tenang menghadapi ujian. Adapun ujian di akhirat, dilakukan dalam kondisi yang sangat menegangkan. Allah ﷻ berfirman
يَوْمَ تُبَدَّلُ الْاَرْضُ غَيْرَ الْاَرْضِ وَالسَّمٰوٰتُ وَبَرَزُوْا لِلّٰهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ
“(yaitu) hari ketika bumi diganti dengan bumi yang lain dan demikian pula langit. Mereka (manusia) berkumpul (di Padang Mahsyar) menghadap Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.” (QS. Ibrahim: 48)
Ujian dilakukan setelah langit terpecah, bintang berjatuhan, matahari dilipat, laut ditumpahkan, anak-anak menjadi beruban, wanita hamil menjadi keguguran, gunung-gunung dijalankan, neraka Jahim ditampakkan, hewan-hewan dikumpulkan, dan berbagai kejadian luar biasa lainnya. Oleh karenanya, Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu’anha menceritakan:
سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: يُحْشَرُ الناس يوم القيامة حفاة عراة غُرْلًا، قلت: يا رسول الله الرجال والنساء جميعا ينظر بعضهم إلى بعض؟ قال: يا عائشة الأمر أشد من أن يهمهم ذلك
“Aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Manusia akan dikumpulkan di hari Kiamat dalam kondisi tidak beralas kaki, tidak berpakaian dan belum dikhitan.’ Aku berkata: ‘Wahai Rasululllah, kalau begitu akan terlihat aurat satu sama lain, baik laki-laki maupun wanita?’ Rasulullah ﷺ menjawab, “Wahai Aisyah, kondisinya menjadikan mereka tidak berpikir untuk melihat aurat satu sama lain.” (Muttafaqun ‘alaih)
Hati manusia ketika itu merasa takut, kepala tertunduk, timbangan mizan ditegakkan, jembatan sirath dibentangkan, mata-mata para saksi menatap tajam, anggota tubuh berbicara, catatan amal beterbangan menuju pemiliknya, dan semua menuju Allah ﷻ. Allah ﷻ berfirman
يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَّا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُّحْضَرًا ۛوَمَا عَمِلَتْ مِنْ سُوْۤءٍ ۛ تَوَدُّ لَوْ اَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهٗٓ اَمَدًاۢ بَعِيْدًا
“(Ingatlah) pada hari (ketika) setiap jiwa mendapati setiap kebajikan yang telah dikerjakannya dihadirkan, (begitu juga) atas kejahatan yang telah dia kerjakan. Dia berharap seandainya ada jarak yang jauh antara dia dan hari itu.” (QS. Ali ‘Imran: 30)
Perbedaan keempat, dari segi waktu. Ujian di dunia hanya satu atau dua jam saja. Adapun ujian akhirat terjadi pada hari di mana lamanya satu hari sebagaimana Allah ﷻ sebutkan dalam Al-Quran:
فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهٗ خَمْسِيْنَ اَلْفَ سَنَةٍۚ
“Pada hari yang kadarnya sama dengan lima puluh ribu tahun.” (QS. Al-Ma’arij: 4)
Perbedaan kelima, dari segi pengawas. Pengawas ujian di dunia makhluk lemah yang sama seperti kita. Adapun ujian di akhirat, langsung diawasi oleh Allah ﷻ yang tidak mungkin salah, tidak mungkin lupa dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya. Allah berfirman:
يَوْمَىِٕذٍ تُعْرَضُوْنَ لَا تَخْفٰى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ
“Pada hari itu kamu dihadapkan kepada Allah. Tidak ada sesuatu pun darimu yang tersembunyi (bagi Allah).” (Al-Haqqah: 18)
Perbedaan keenam, dari persentase kelulusan. Ujian di dunia, persentase kelulusannya cukup tinggi, bisa mencapai 90%. Adapun persentase kelulusan akhirat adalah satu banding seribu. Sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda:
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: يَا آدَمُ، فَيَقُولُ: لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ، وَالخَيْرُ فِي يَدَيْكَ، فَيَقُولُ: أَخْرِجْ بَعْثَ النَّارِ، قَالَ: وَمَا بَعْثُ النَّارِ؟، قَالَ: مِنْ كُلِّ أَلْفٍ تِسْعَ مِائَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ، فَعِنْدَهُ يَشِيبُ الصَّغِيرُ، وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا، وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى، وَلَكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ”
“Allah Ta’ala berfirman: ‘Keluarkanlah para utusan neraka’. Adam bertanya; ’Apa yang dimaksud dengan para utusan neraka (berapa jumlahnya)?’ Allah berfirman: ‘Dari setiap seribu, sembilan ratus sembilan puluh sembilan (dilemparkan ke dalam neraka),’ Ketika perintah ini diputuskan, maka anak-anak menjadi beruban, dan setiap wanita hamil kandungannya menjadi berguguran dan kamu lihat manusia mabuk padahal mereka tidaklah mabuk akan tetapi (mereka melihat) siksa Allah yang sangat keras”. (Muttafaqun ‘alaih)
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّه لِيْ وَلَكُمْ. وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ.
Khutbah Kedua
الـحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوَانِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَإِخْوَانِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّا بَعْدُ
Hadirin jamaah Jum’at rahimakumullah!
Perbedaan ketujuh, hasil kelulusan. Hasil kelulusan ujian dunia berupa ijazah atau yang semisalnya, tentu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kenikmatan akhirat yang menjadi hasil ujian di akhirat. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَا الدُّنْيَا فِيْ الْآخِرَةِ إِلَّا مِثْلَ مَا يَجْعَلُ أَحَدَكُمْ أُصْبُعَهُ فِيْ الْيَمِّ، فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ
“Tidaklah dunia dibanding akhirat melainkan seperti jari seorang di antara kalian yang dicelupkan di lautan, maka lihatlah apa yang tersisa di jari itu.” (HR. Muslim)
Adapun hasil kelulusan akhirat adalah kesuksesan yang hakiki. Allah ﷻ berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. Ali ‘Imran: 185)
Sebagaimana hasil kelulusan di dunia bertingkat-tingkat, demikian juga hasil kelulusan di akhirat. Rasulullah ﷺ bersabda:
فِي الجَنَّةِ مِائَةُ دَرَجَةٍ مَا بَيْنَ كُلِّ دَرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ، وَالْفِرْدَوْسُ أَعْلاَهَا دَرَجَةً وَمِنْهَا تُفَجَّرُ أَنْهَارُ الجَنَّةِ الأَرْبَعَةُ، وَمِنْ فَوْقِهَا يَكُونُ العَرْشُ، فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَسَلُوهُ الفِرْدَوْسَ
“Surga memiliki seratus tingkatan. Jarak antara setiap tingkatan seperti jarak antara langit dan bumi. Dan surga firdaus merupakan surga yang tertinggi. Dari sanalah terpancar empat mata air surga dan di atasnya terdapat ‘Arsy. Maka jika kalian meminta kepada Allah, mintalah surga firdaus.” (HR. At-Tirmizi dengan sanad yang sahih)
Perbedaan kedelapan, dari segi remedial atau ujian ulang. Ujian di dunia masih ada kemungkinan untuk melakukan remedial. Adapun ujian di akhirat, tidak ada kesempatan untuk mengulangi ujian, bahkan jika seseorang gagal, maka akan memperoleh kesengsaraan sangat panjang atau bersifat abadi bagi orang-orang yang tidak memiliki keimanan walaupun sebesar biji sawi.
Hadirin jamaah Jum’at rahimakumullah!
Sadarilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini merupakan penentu kesuksesan ujian kita di akhirat. Jika kita baik melaluinya, maka akan mudah bagi kita untuk melalui ujian di akhirat. Semoga Allah ﷻ senantiasa memberi taufiq kepada kita semua untuk beramal salih dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan, sehingga kita bisa sukses menghadapi ujian baik di dunia maupun di akhirat.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيد
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا
رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا
رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْفِرْدَوْسَ الْأَعْلَى مِنَ الْجَنَّةِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرّحِمِيْنَ
رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللّه عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
[1] Dinukil dalam Tafsir Ar-Razi ketika menafsirkan ayat 32 dari surat Yasin.