Oleh: Ustadz Muhammad Ichsan, BA., M.Pd.
Perjuangan Ahli Ilmu didalam mempertahankan kemurnian Akidah
Di antara bentuk Kasih sayang Allah Subhaanahu wa ta’ala yang Ia curahkan kepada kaum muslimin adalah, Allah Subhaanahu wa ta’ala senantiasa menjaga akidah yang benar di atas muka bumi ini melalui para ulama. Dimana mereka para ahli ilmu-lah yang menjadi wasilah didalam pemberantasan kebodohan dan terjaganya kemurnian akidah yang benar.
Adanya para ulama di atas muka bumi ini juga merupakan nikmat yang sangat agung. Yang dengan keberadaan mereka semua, manusia dapat terhindar dari kerusakan. Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan dari Abdullah bin amr, bahwa rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda:
إن الله لا يقبض العلم انتزاعا ينتزعه من العباد ولكن يقبض العلم بقبض العلماء، حتى إذا لم يبق عالمًا اتخذ الناس رؤوسا جهالا فسئلوا فأفتَو بغير علم فضلوا وأضلوا
“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah mencabut ilmu dari para hamba-Nya secara langsung, namun Allah mencabutnya dengan cara diwafatkannya para ulama, sampai tidak tersisa lagi ulama di atas muka bumi, kemudian manusia memilih pemimpin-pemimpin yang bodoh, mereka ditanya tentang masalah agama,dan mereka menjawab tanpa disertai ilmu, sehingga mereka pun sesat dan juga menyesatkan”.[1]
Maka di antara hikmah Allah Ta’ala menciptakan para ulama rabbani, adalah untuk menjaga kemurnian akidah. Diantara contoh sosok ulama rabbani tersebut adalah sebagai berikut:
1. Abu bakr as-Shidiq Radiyallahu ‘anhu,, beliau adalah sosok yang sangat faqih didalam agama dan juga sangat kuat imannya, bahkan saking tinggi keimanan abu bakr, beliau pun rela menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah. Dengan keimanan abu bakr Radiyallahu anhu yang kuat, beliau jugalah yang membenarkan segala yang dikabarkan oleh rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam meskipun diluar nalar pikiran manusia pada umumnya, sebagaimana halnya beliau-lah yang telah membenarkan kabar bahwa nabi Shalallahu alaihi wa sallam telah melakukan isra’ dan mi’raj selama sehari semalam disaat orang-orang mendustakannya.
Maka dengan keilmuannya yang sangat dalam tersebut, Abu bakr ash-Shidiq Radiyallahu ‘anhu dapat memahami bahwa nabi Shalallahu alaihi wa sallam benar-benar telah wafat, tidak seperti yang dikatakan oleh umar bahwa nabi Shalallahu alaihi wa sallam hanya diangkat ke langit dan akan diturunkan Kembali sebagaimana halnya nabi isa ‘Alaihis salam yang hanya diangkat kelangit dan akan dikembalikan lagi. Kemudian dengan ilmu-nya tersebut pula, Abu Bakr pun memerangi orang-orang yang memisah-misahkan antara Shalat dengan zakat,
Oleh karenanya para ulama memuji Abu bakr ash-Shiddiq radiyallahu ‘anhu dengan perkataan:
“الله يثبت المسلمين بأبي بكر في يوم الردة ، و بإمام أحمد في يوم المهنة”.
“Allah menguatkan kaum muslimin dengan Abu bakr di yaumu riddah[2], dan menguatkan kaum muslimin dengan imam ahmad di yaumul mihnah[3]”.
2. Umar bin al-Khattab radiyallahu ‘anhu, beliau juga salah seorang yang memiliki andil di dalam penjagaan akan kemurnian akidah, di mana nabi shalallahu alaihi wa sallam memuji kecerdasan umar didalam sabdanya:
لو كان بعدي نبي لكان عمر
“Kalau seandainya ada nabi setelahku, maka pastilah umar orangnya” (HR. Ahmad).
Dan diantara bentuk penjagaannya terhadap akidah yang bernar, Umar radiyallahu anhu pernah mewanti-wanti kaum muslimin yang hidup di zaman kekhalifahannya:
“Akan datang sekelompok orang yang membantah kalian dengan menggunakan ayat-ayat Mutasyabihat [4], maka bantahlah mereka Kembali dengan As-Sunnah, Sebab Ahlussunnah adalah orang yang paling mengerti dengan isi Kandungan Al-Qur’an”[5]
3. Ali bin abi thalib radiyallahu anhu yang di mana beliau merupakan salah satu dari 10 sahabat yang dijamin masuk surga dan juga termasuk menantu nabi shalallahu alaihi wa sallam. Ia pun ikut serta berjuang didalam mempertahankan kemurnian akidah, diantara contohnya adalah di saat Ali membantah orang-orang yang bersikap ghuluw[6] terhadap beliau dan juga dengan cara memerangi orang-orang khawarij.
Diriwayatkan dari imam Muslim dari Ubaid bin abi rafi’ bekas budak rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, ia berkata: “Sesungguhnya haruriyyah (nama lain dari orang-orang khawarij) di masa pemerintahan ali bin abi thalib radiyallahu ‘anhu, mereka berkata: “tidak ada hukum selain hukum dari Allah” , maka ali pun berkata kepada mereka : “kalimat yang benar, namun ditujukan untuk kebatilan” , Sungguh Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam telah mencirikan kelompok yang telah aku ketahui sifat mereka”.[7]
4. Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab rahimahullah juga diantara ulama yang memperjuangkan kemurnian akidah, dimana beliau hidup di zaman kerusakan, kesyirikan dengan segala macam jenisnya tersebar di zaman beliau hidup, maka beliau pun menulis sebuah buku yang dinamakan dengan “Kitabut Tauhid”, dinamakan demikian sebab buku tersebut isinya adalah penjelasan agar seseorang memurnikan tauhid-nya dan agar memiliki akidah yang benar.
5. Sebuah kisah nyata yang Allah Ta’ala abadikan di dalam al-Qur’an di surat al-Buruj:
قتل أصحاب الأخدود (4) النار ذات الوقود (5) إذهم عليها قعود (6) وهم على ما يفعلون بالمؤمنين شهود(7)
Binasalah para pembuat parit (para pembesar Najran di negeri Yaman) (4) yang berapi dinyalakan dengan kayu bakar (5) Ketika mereka duduk di sekitarnya (6) Sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang mukmin (7).
Allah Ta’ala menceritakan di dalam Kisah Ashabul Ukhdud ini di dalam Al-Qur’an, dan Nabi Shalallahu alaihi wa sallam pun mengkisahkan didalam sabdanya tentang kisah tersebut di dalam hadis yang Panjang yang diriwayatkan oleh imam Muslim dari suhaib ar-Rumiy[8] , di mana ada seorang pemuda yang diminta untuk menjadi pengganti dari penyihir kerajaan, maka ia pun belajar dari penyihir kerajaan tersebut. Di tengah perjalanan menuju kerajaan, ia bertemu dengan seorang rahib dan akhirnya pemuda tersebut pun ikut belajar ilmu dari sang Rahib, dan setelah Pemuda tersebut yakin dengan kebenaran apa yang diajarkan oleh sang rahib, maka sang pemuda pun akhirnya rela dijatuhkan dari gunung yang tinggi ,dilemparkan ke lautan, dan rela untuk dipanah demi menjaga kemurnian akidahnya.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa mengokohkan iman kita dan mewafatkan kita semua di atas akidah yang benar.
Disarikan dari kitab muqarrar maaddatil aqidah penerbit gharash
[1] Fathul baari (1/23) hadis no. 100
[2] Hari-hari setelah wafatnya rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam, dimana banyak dari kaum muslimin yang murtad.
[3] Hari-hari dimana para ulama banyak disiksa dan dipaksa untuk mengatakan bahwa alqur’an adalah makhluk, dan ini terjadi di saat pemerintahan khalifah makmun.
[4] Yaitu ayat-ayat di dalam al-Qur’an yang hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang mendalam keilmuannya saja.
[5] Al-Ibanah, 1/250, No. 83 dan 84 dan lihat kisah ini pada Sunan ad-Darimiy 1/55-56.
[6] Bersikap berlebih-lebihan.
[7] HR. Muslim: Hadis No. 1066
[8] HR. Muslim No. 3005