Akidah

Keutamaan Kalimat “Laa Ilaaha illallah”

Keutamaan Kalimat “Laa Ilaaha illallah”

ORDER

Oleh: Muhammad Ichsan, BA., M.Pd.

Patut diketahui bahwa kalimat “Laa Ilaaha Illallah” merupakan sebuah kalimat teragung yang diucapkan dari lisan seorang hamba. Dan kalimat ini juga merupakan pokok sekaligus fondasi agama, di mana kalimat tersebut merupakan inti dan ringkasan dari dakwah para rasul. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di dalam al-Qur’an:

( وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَۚ )

“Sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah dan jauhilah tagut!”  (QS. An-Nahl:36)

Oleh karenanya, setiap rasul yang diutus oleh Allah subhanahu wa ta’ala mengajak umatnya untuk mendapatkan kemuliaan dari kalimat yang mulia ini. Sebab, selain memang hakikat diciptakannya manusia ini adalah untuk beribadah kepada Allah saja, juga kalimat “Laa Ilaaha illallah” memiliki berbagai keutamaan. Di antara keutamaan kalimat ini adalah:

1. Sebab masuknya seseorang ke dalam surga

Hal ini sebagaimana di dalam hadis Abu Dzar radiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda:

ما مِنْ عبد قال لا إله إلا الله ثم مات على ذلك إلا دخل الجنة

“Tidaklah seorang hamba mengucapkan kalimat “Laa ilaha illallah” kemudian meninggal di atas kalimat tersebut kecuali ia pasti masuk surga.” (Muttafaqun ‘alaihi)[1]

Pembaca yang budiman, perlu dipahami bahwa kalimat ini tidaklah cukup sekedar diucapkan melalui lisan saja tanpa disertai pemahaman akan kalimat tersebut dan juga tanpa diiringi dengan amalan apa-apa. Kalimat ini baru bermanfaat bagi seseorang apabila orang tersebut mengucapkannya disertai mengamalkan konsekuensinya dan juga menjauhi hal-hal yang bisa membatalkan kalimat tersebut.

2. Sebab diselamatkannya dari api neraka

Di antara keutamaan kalimat “Laa Ilaaha illallah”, kalimat yang mulia ini bisa menyelamatkan seseorang dari adzab neraka yang sangat pedih. Hal ini sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis Utban radiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda:

فإنَّ الله حَرَّمَ على النار من قال لا إله إلا الله يبتغي بذلك وجه الله

“Sesungguhnya Allah akan haramkan seseorang atas neraka bagi siapa saja yang mengucapkan “Laa ilaha illallah” dengan mengharapkan wajah Allah”. (Muttafaqun ‘alaihi)[2]

3. Sebab dikeluarkannya dari api neraka

Kalau pada poin kedua dijelaskan bahwa kalimat tauhid ini dapat mengharamkan seseorang dari neraka jika tidak memiliki dosa besar, maka poin ketiga yang dimaksud dalam tulisan ini adalah bahwa kalimat ini dapat mengeluarkan seorang pelaku dosa besar yang terlanjur dimasukan oleh Allah ke dalam neraka jahannam, kemudian dipindahkan ke dalam surga-Nya. Disebutkan di dalam sebuah hadis qudsi, bahwa Allah subhanahu wa ta’ala berfirman kepada malaikat:

أَخْرِجُوا مِنَ النار مَنْ قال لاإله إلا الله وكان في قلبه مثقال ذرة من إيمان

“Keluarkanlah dari neraka siapa saja yang mengucapkan laa ilaha illallah dan di hatinya masih terdapat iman meski sekecil dzarrah[3].” (Muttafaqun ‘alaihi)[4]

4. Sebab mendapatkan syafa’at Nabi shalallahu alaihi wa sallam

Sebagai umat Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam, kita sangat berharap untuk diizinkan mendapatkan syafa’at beliau di Hari Kiamat kelak. Maka dengan kalimat “laa Ilaaha illallah”, apabila seseorang mengucapkannya dengan ikhlas, ia dijanjikan mendapatkan syafaat Nabi pada Hari Kiamat kelak. Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda di dalam sebuah hadis:

أسْعَدُ الناس بشفاعتي مَنْ قالَ لاإله إلا الله خالِصًا مِنْ قَلْبِهِ

“Manusia yang paling bahagia (dengan sebab) mendapatkan syafa’at-ku adalah orang yang mengucapkan “Laa ilaaha illallah” dengan ikhlas dari hatinya.” (HR. Al-Bukhari)[5]

5. Sebab terjaganya harta dan darah di dunia

Di antara keutamaan kalimat “laa ilaaha illallah” yaitu akan terjaga baginya harta dan nyawanya. Sebab seorang muslim tidak berhak menumpahkan darah dan merampas harta seseorang yang telah mengucapkan kalimat tauhid tersebut. Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda:

أُمِرْتُ أنْ أقلتِلَ الناسَ حتى يقولوا لا إله إلا الله، فَمَنْ قالها فقد عَصَمَ مِنِّي مَالُهُ و نَفْسُهُ إلا بِحَقِّهِ ، و حِسابُهُ على الله

“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan “Laa Ilaha Illallah”, dan apabila seseorang sudah mengucapkannya maka haram bagiku untuk mengambil hartanya dan membunuh jiwanya, dan hisabnya kembali kepada Allah”. (Muttafaqun ‘alaihi)[6]

6. Sebab mendapatkan keamanan di dunia dan di akhirat

Nikmat mana lagi di dunia ini setelah nikmat iman yang lebih besar daripada nikmat aman? Maka sungguh dengan mengucapkan kalimat ini dan mengamalkannya, Allah Rabbul ‘alamin akan memberikan nikmat aman tersebut kepada hamba-hambanya yang mentauhidkan-Nya. Allah ta’ala berfirman:

( اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ يَلْبِسُوْٓا اِيْمَانَهُمْ بِظُلْمٍ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمُ الْاَمْنُ وَهُمْ مُّهْتَدُوْنَ ࣖ )

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), merekalah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mendapatkan petunjuk.” (QS. Al-An’am: 82)

Dan tentu saja masih banyak lagi keutamaan-keutamaan lainnya dari kalimat tauhid “Laa Ilaaha illallah” ini. Semoga kita semua bisa termasuk hamba-hamba Allah yang mentauhidkan-Nya dan juga mengerjakan konsekuensi daripada kalimat “Laa Ilaaha illallah”.


Disarikan dari kitab muqarrar maaddatil aqidah penerbit gharash

[1] HR. Al-Bukhari jilid 7 dalam Shahih Bukhari nomor 5827 kitab al-Libas bab Ats-Tsiyab al-Biydh, dan juga Muslim jilid 1 dalam Shahih Muslim nomor 94 Kitab al-Iman bab Man Maata Laa Yusriku Billahi Syai-an Dakhala al-Jannata.

[2] HR. Al-Bukhari jilid 7 dalam Shahih Bukhari Nomor 5401 Kitab al-Ath’imah Bab al-Khaziirah, dan juga Muslim jilid 2 dalam Shahih Muslim Nomor 33 Kitab al-Masajidu Wa Mawadi’u ash-Sholat Bab ar-Rukhshotu Fii at-Takhollufi ‘Anil-Jama’ah Bi’udzrin.

[3] Ada beberapa penafsiran terkait dzarrah, ada yang mengatakan dzarrah adalah semut kecil, ada yang mengatakan atom, ada yang mengatakan biji sawi, dan ada beberapa pendapat lainnya. Namun yang jelas dzarrah adalah partikel yang sangat kecil.

[4] HR. Al-Bukhari jilid 9 dalam Shahih Bukhari Nomor 7440 Kitab at-Tauhid Bab Qauluhu Ta’ala “Wujuhun Yaumaidzin Naadhirah, Ilaa Rabbiha Naazhirah”, dan juga Muslim jilid 1 dalam Shahih Muslim Nomor 117 Kitab al-Iman Bab Fii ar-Riihi Allati Takuunu Qurbal Qiyamah.

[5] HR. Al-Bukhari jilid 1 dalam Shahih Bukhari Nomor 99 Kitab al-‘Ilmu Bab al-Hirs ‘Ala al-Hadits.

[6] HR. Al-Bukhari jilid 2 dalam Shahih Bukhari Nomor 1400 Kitab az-Zakaat Bab Wujuubi az-Zakaat, dan juga Muslim jilid 1 dalam Shahih Muslim Nomor 20 Kitab al-Iman Bab al-Amru Bi Qitaali an-Naas Hatta Yaqulu asy-Syahadatain.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button