Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi di Pesantren
Penulis: Luqman Nul Hakim, S.Kom., M.Si.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang demikian pesatnya telah membawa manfaat luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik cukup besar kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak) secara otomatis. Sistem kerja mekanis telah mengalihfungsikan pekerjaan manusia dengan pembesaran dan percepatan yang menakjubkan. Begitupun dengan telah ditemukannya formulasi-formulasi baru aneka kapasitas komputer, seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktivitas manusia. Ringkas kata, kemajuan informatika yang telah kita capai sekarang benar-benar telah diakui dan dirasa memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia. Bahkan informasi merupakan “komoditas primer” yang dibutuhkan semua orang, seiring dengan semakin canggihnya teknologi informasi dan komunikasi. Sehingga lazim dikatakan peradaban pada masa ini merupakan peradaban masyarakat informasi.
Teknologi informasi dan komunikasi telah merevolusi cara hidup kita, baik cara berkomunikasi, belajar, bekerja, berbisnis, dan lain sebagainya. Era informasi memberikan ruang lingkup yang sangat besar untuk mengorganisasikan segala kegiatan melalui cara baru yang inovatif, instan, transparan, akurat, tepat waktu, dan tentunya memberikan kenyamanan yang lebih baik dalam mengelola dan menikmati kehidupan termasuk kehidupan pesantren. Berbicara lebih lanjut tentang besarnya peran teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan termasuk pendidikan pesantren, menurut Dr. Munir (http://munir.staf.upi.edu) terklasifikasi dalam bentuk-bentuk berikut:
- Sebagai Keterampilan (skill) dan Kompetensi
- Sebagai Infrastruktur Pendidikan
- Sebagai Sumber Bahan Belajar
- Sebagai Alat Bantu dan Fasilitas Pendidikan
- Sebagai Pendukung Manajemen Pendidikan
Jadi sangat jelas bahwa peran dan pengaruh teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan sangat besar terhadap pendidikan, terutama pendidikan di pesantren.
Teknologi informasi dan komunikasi digunakan untuk menunjang kelancaran proses pengelolaan pesantren dan peningkatan citra positif. Terlihat dari banyaknya pesantren saat ini yang telah memasukkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai fasilitas penunjang dalam proses pembelajaran kegiatan kurikuler, mengaji atau pendidikan formal di madrasah, baik laboratorium bahasa, internet, multimedia serta pengolahan data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan dan memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan salah satunya sebagai bahan informasi yang strategis dalam pengambilan keputusan.
Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan agar data dapat disebar dan diakses secara global. Bahkan lebih dari itu, hampir semua pesantren sekarang ini sudah mempunyai website sebagai layanan informasi, referensi maupun dakwah dengan cakupan yang lebih luas. Dunia pesantren sebagai lembaga pendidikan harus selalu meng-update informasi-informasi yang mereka pergunakan. Hal ini akan berdampak dalam peningkatan manajemen pesantren sebagai upaya pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan pendidikan.
Meskipun demikian, teknologi informasi dan komunikasi sangat riskan dan bukan tanpa ada kemudharatan di dunia pesantren. Kebanyakan dampak tersebut disebabkan karena penyalahgunaan teknologi informasi dan komunikasi, juga disebabkan karena kurangnya pemahaman user akan etika dan juga cara untuk menggunakan teknologi informasi dan juga komunikasi dengan baik dan benar. Dampak yang sering terjadi yaitu; mengabaikan tugas dan pekerjaan, membuang-buang waktu untuk hal yang tidak berguna, menurunnya prestasi belajar dan juga kemampuan bekerja seseorang, konten negatif yang berkembang pesat, individu menjadi malas untuk bersosialisasi secara fisik dan dengan mudahnya penyebaran informasi yang tidak relevan atau bahkan keabsahannya masih dipertanyakan.
Akhir kata, masalah teknologi informasi dan komunikasi ini tergantung dari sisi mana kita menyikapinya, secara negatif atau positif. Secara negatif, dampaknya seperti sudah disebut di atas. Secara positif manakala dia dihukumi sebagai sarana atau washilah berdasarkan tujuannya untuk kemaslahatan agama, hati, akal, jiwa, harta atau keturunan (maslahah wal mursalah). Semoga hal ini menyadarkan kita untuk berbagi dan melek terhadap perubahan zaman yang tidak bisa dibendung di era globalisasi dan transparansi informasi. Dan tentu akan menjadi mafsadat kalau kita tidak hadapi dengan bijak.