Keutamaan Syahid
Khutbah Jumat yang disampaikan oleh Didik Gelar Permana
di Masjid Jami’ Pesantren Al-Ma’tuq Sukabumi
Jumat, 10 Jumadal Ula 1445 H / 24 November 2023
KHUTBAH PERTAMA
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوبُ إِلَيْهِ، ونعوذُ باللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا، ومِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ،
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يٰاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِه وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يٰاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهُدَى هدى مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عليهِ وَسلَّم، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، فإنَّ كلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ
Di antara hadis yang patut kita renungi di hari-hari seperti ini, hari penindasan kaum Yahudi (yang mana mereka layak disebut sebagai musuh kemanusiaan dan kaum teroris) kepada saudara-saudara kita di Palestina adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dari sahabat yang mulia Abu Hurairah radhiyallahu’anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda
مَن ماتَ ولم يغزُ ولم يحدِّث نَفسَهُ بالغَزوِ ماتَ علَى شُعبةٍ من نفاقٍ
“Siapa saja yang meninggal dunia dalam kondisi belum pernah berperang dan tidak pernah memiliki niat untuk berperang, maka ia wafat dalam kondisi memiliki sifat kemunafikan” (HR. Abu Dawud 2502 dan disahihkan oleh Syekh Al-Albany dalam Shahih Abu Dawud)
Imam Nawawi menjelaskan kenapa orang yang wafat dalam kondisi belum pernah berniat untuk berperang dinilai sebagai munafik, kata beliau
فإن ترك الجهاد أحد شعب النفاق
“Sesungguhnya tidak mau berjihad merupakan salah satu sifat kemunafikan” (Syarah Shahih Muslim Jilid 6 Hal. 49)
Demikian juga bahwa di antara sifat orang munafik itu tidak mau berusaha berjuang untuk kejayaan Islam dan tidak mau menolong orang-orang Islam yang sedang tertindas. Bahkan, mereka senang ketika kaum muslimin sedang tertindas dan mendapatkan kesusahan. Allah berfirman
إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا
“Jika kalian sedang ditimpa kebaikan mereka merasa sedih, dan jika kalian sedang ditimpa keburukan maka mereka bergembira dengannya” (QS. Ali ‘Imran: 120)
Imam At-Thabari menukilkan dari Ar-Rabi tentang siapa gerangan yang dimaksud? Beliau menuturkan
هم المنافقون، إذا رأوا من أهل الإسلام جماعة وظهورًا على عدوهم، غاظهم ذلك غيظًا شديدًا وساءهم. وإذا رأوا من أهل الإسلام فرقة واختلافًا، أو أصيب طرفٌ من أطراف المسلمين، سرَّهم ذلك وأعجبوا به.
“Mereka adalah orang-orang munafik. Jika mereka melihat kaum muslimin bersatu dan menang di atas musuh mereka, mereka marah dan sedih. Namun jika mereka melihat kaum muslimin berselisih atau sebagian kaum muslimin sedang tertindas, maka hal itu menjadikan hati mereka bahagia dan kagum.” (Tafsir At-Thabari jilid 7 halaman 155)
Tentu bagi kita yang tinggal di negeri Indonesia tidak bisa berangkat ke Palestina tanpa izin dari pemerintah kita. Dikarenakan di antara salah satu syarat jihad yang syar’i jika dalam rangka membantu negara lain yang sedang diserang adalah izin dari waliyul amri.
Maka, ada dua jenis jihad lain yang bisa kita lakukan untuk mereka (jihad dengan harta dan lisan atau tulisan kita). Sebagaimana Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda
جاهِدوا المشرِكينَ بأموالِكُم وأنفسِكُم وألسنتِكُم
“Berjihadlah melawan kaum musyrikin dengan harta, jiwa dan lisan kalian” (HR. Abu Dawud, Ahmad, Nasa`i dan disahihkan oleh Syekh Al-Albany dalam Shahih Abi Dawud)
Ketika kaum muslimin diserang oleh kaum Tatar atau yang dikenal dengan kaum Mongol di masa Syekhul Islam Ibnu Taimiyah, beliau datangi pemerintah mesir untuk menyuarakan agar mereka mau mengirim bantuan pasukan dalam rangka membantu kaum muslimin yang tertindas. Maka dengan izin Allah pemerintah Mesir ketika itu menerima masukan beliau dan memberangkatkan pasukan untuk bertempur melawan kaum Tatar. Syekhul Islam sendiri ketika itu ikut berperang bahkan berada di barisan terdepan. Sehingga beliau dikenal dengan julukan ulama mujahid. Ini merupakan di antara bentuk jihad dengan lisan sekaligus beliau ikut untuk melaksanakan jihad dengan jiwa dan raganya.
Ucapan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dalam hadis yang telah kita sebutkan sebelumnya
ولم يحدِّث نَفسَهُ
“Sementara ia belum berniat untuk jihad” menunjukkan betapa pentingnya niat. Ingatlah sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam ketika pulang dari Perang Tabuk
إنَّ بالمَدِينَةِ أقْوامًا، ما سِرْتُمْ مَسِيرًا، ولا قَطَعْتُمْ وادِيًا إلَّا كانُوا معكُمْ، قالوا: يا رَسولَ اللَّهِ، وهُمْ بالمَدِينَةِ؟ قالَ: وهُمْ بالمَدِينَةِ، حَبَسَهُمُ العُذْرُ.
“Sesungguhnya di Madinah terdapat orang-orang yang tidaklah kalian melewati suatu jalan atau melewati suatu lembah kecuali mereka bersama kalian (dalam hal pahala).” Para sahabat bertanya “Wahai Rasulullah walaupun mereka di Madinah” Rasulullah menjawab, “ Walaupun mereka di Madinah. Mereka tidak bisa berangkat karena suatu uzur.” (HR.al-Bukhari no. 4423)
Mudah-mudahan kita termasuk orang yang mendapatkan pahala jihad dengan niat yang ada dalam hati-hati kita. Dan di antara hal yang membuktikan ketulusan niat kita adalah dengan banyaknya kita berdoa memohon kepada Allah agar mendapatkan pahala syahid di medan jihad. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
مَن سَأَلَ اللَّهَ الشَّهادَةَ بصِدْقٍ، بَلَّغَهُ اللَّهُ مَنازِلَ الشُّهَداءِ، وإنْ ماتَ علَى فِراشِهِ
“Siapa saja yang meminta kepada Allah untuk mati syahid dengan jujur, maka Allah akan menjadikannya sampai ke derajat para syuhada walaupun wafat di atas kasurnya” (HR. Muslim no. 1909)
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ والسُّنَّةِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَذِكْرِ الْحِكِمَةِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم
KHUTBAH KEDUA
Di antara hal yang menjadikan kita senantiasa memasang niat untuk berjihad dan ingin wafat sebagai syahid yaitu dengan kita mengetahui keutamaan syahid itu sendiri. Di antara keutamaannya:
1. Kedudukan yang tinggi di sisi Allah ta’ala. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“مَا أَحَدٌ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يُحِبُّ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا وَلَهُ مَا عَلَى الأَرْضِ مِنْ شَيْءٍ إِلاّ الشَّهِيدُ يَتَمَنَّى أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا فَيُقْتَلَ عَشْرَ مَرَّاتٍ لِمَا يَرَى مِنْ الْكَرَامَةِ “(رواه البخاري).
“Tidak ada seorang pun yang sudah masuk ke dalam surga kemudian ingin kembali ke dunia karena sesuatu yang ia dapatkan ketika di dunia kecuali syahid. Ia berangan-angan untuk kembali ke dunia, kemudian terbunuh sepuluh kali (sebagai syahid) karena ia telah mengetahui kedudukan yang tinggi (bagi syahid).” (HR. al-Bukhari no. 2817)
Haram bin Milhan seorang sahabat mulia sangat paham akan keutamaan ini. Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, ia berkata
لما طعن حرام بن ملحان وكان خاله يوم بئر معونة قال بالدم هكذا فنضحه على وجهه ورأسه ثم قال: “فزت ورب الكعبة”.
“Ketika Haram bin Milhan tertusuk pedang di peristiwa Bi’r Ma’unah sementara ketika itu posisi beliau sebagai paman dari Anas bin Malik, darahnya mengalir dari tubuhnya. Kemudian ia usapkan darah itu ke kepala dan wajahnya sambil mengatakan “Aku telah beruntung, demi Allah Zat Pemilik Ka’bah”. (HR. Al-Bukhari no. 106)
2. Memberikan syafaat kepada tujuh puluh anggota keluarganya. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِينَ مِنْ أَقَارِبِهِ
“Seorang yang syahid akan diberikan kesempatan untuk memberikan syafaat kepada tujuh puluh anggota kerabatnya.” (HR. Tirmidzi no. 1663 dan disahihkan oleh Syekh Al-Albany dalam Shahih at-Tirmidzi)
3. Ruh orang yang syahid ketika melewati fase alam barzakhnya akan berada dalam kenikmatan syurga dengan mengendarai burung surga. Terbang sesuai keinginannya. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
لَمَّا أُصِيبَ إِخْوَانُكُمْ بِأُحُدٍ جَعَلَ اللَّهُ أَرْوَاحَهُمْ فِي جَوْفِ طَيْرٍ خُضْرٍ تَرِدُ أَنْهَارَ الْجَنَّةِ تَأْكُلُ مِنْ ثِمَارِهَا
“Ketika saudara-saudara kalian gugur di perang Uhud, Allah menjadikan ruh mereka berada dalam rongga burung berwarna hijau. Ia mendatangi sungai-sungai surga (meminum darinya) dan memakan buah-buahan yang ada di surga.” (HR. Abu Dawud no. 2520 dan dihasankan oleh Syekh Al-Albany dalam Shahih Abu Dawud)
4. Aman dari fitnah kubur. Seorang sahabat berkata kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam
يا رَسُولَ اللَّهِ مَا بَالُ الْمُؤْمِنِينَ يُفْتَنُونَ فِي قُبُورِهِمْ إِلا الشَّهِيدَ قَالَ “كَفَى بِبَارِقَةِ السُّيُوفِ عَلَى رَأْسِهِ فِتْنَةً”
“Wahai Rasulullah, kenapa orang-orang yang beriman diuji dalam alam kubur mereka kecuali syahid?” Rasulullah menjawab: “Cukup kilatan pedang yang menyambar di atas kepalanya sebagai ujian.” (HR. An-Nasa`i dan dishahihkan oleh Syekh Al-Albany dalam Shahih Targhib wa Tarhib no. 1380)
5. Tidak merasa takut dan khawatir di hari kiamat. Suatu ketika Rasulullah bertanya kepada Jibril mengenai firman Allah
﴿وَيَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَفَزِعَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ﴾
“Dan (ingatlah) pada hari (ketika) sangsakala ditiup, maka terkejutlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah” (QS. An-Naml: 87). Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bertanya kepada Jibril ‘alaihissalam
“من الذين لم يشأ الله أن يصعقهم؟ قال: هم شهداء الله”
“Siapakah gerangan yang dikecualikan Allah sehingga tidak terkejut?” Jibril menjawab “Mereka adalah para syuhada Allah” (HR. Al-Hakim dalam al-Mustadrak dan Ibnu Hajar mengatakan semua perawinya tsiqah dan dishahihkan oleh Adz-Dzahabi dalam Mukhtashar Talkhish Adz-Dzahabi karya Ibnu Mulaqqin jilid 2 hal. 734)
6. Pengampunan dosa dari awal darahnya mengalir dan dinikahkan dengan 72 bidadari surga. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللَّهِ سِتُّ خِصَالٍ يُغْفَرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دَفْعَةٍ وَيَرَى مَقْعَدَهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَيَأْمَنُ مِنْ الْفَزَعِ الأَكْبَرِ وَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ الْيَاقُوتَةُ مِنْهَا خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا وَيُزَوَّجُ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً مِنْ الْحُورِ الْعِينِ وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِينَ مِنْ أَقَارِبِهِ” (رواه الترمذي).
“Bagi syahid terdapat enam kelebihan: Diampuni dosanya dari awal darahnya mengalir, bisa melihat kedudukannya disurga, dihindarkan dari azab neraka, mendapatkan keamanan di hari terdapat kejutan yang dahsyat (kiamat), diletakkan di atas kepalanya mahkota kemuliaan yang mana satu permatanya lebih baik dari dunia dan seisinya, dinikahkan dengan tujuh puluh dua bidadari surga dan diberikan izin untuk memberikan syafaat kepada tujuh puluh orang dari karib kerabatnya.” (HR. Tirmidzi no. 1663 dan disahihkan oleh Syekh Al-Albany dalam Shahih at-Tirmidzi)
7. Syahid tidak merasakan sakitnya kematian. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
ما يجدُ الشهيد من مسِّ القتل إلا كما يجدُ أحدكم من مسِّ القرصة
“Tidaklah seorang syahid merasakan kematian dari pembunuhannya kecuali hanya seperti salah seorang di antara kalian disentuh oleh al-Qurshah. (HR. Tirmidzi no. 1668 dan dinilai hasan shahih hadisnya oleh Syekh al-Albany dalam kitab Shahih at-Tirmidzi)
Syekh Abdurrahman al-Mubarakfuuri menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan al-Qurshah adalah seperti dicubit atau digigit serangga (Kitab Tuhfatul Ahwadzi bi Syarh Jami’ at-Tirmidzi jilid 5 hal. 253)
8. Debu peperangan akan menghalanginya masuk ke dalam api neraka. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
لا يجتمعُ غبارٌ في سبيل الله ودخانُ جهنم في جوفِ عبدٍ أبدًا. (رواه النسائي)
“Tidak berkumpul pada diri seseorang selama-lamanya antara debu dalam jihad di jalan Allah dengan panasnya asap neraka Jahannam.” (HR. At-Tirmidzi no. 271 dan dihasankan oleh Syekh al-Albany dalam Shahih Targhib wa Tarhib no. 2606)
Mudah-mudahan Allah jadikan kita termasuk orang-orang yang meraih kedudukan syahid di dunia dan di akhirat.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ وَتُبْ عَلَيْنَآ إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
اللّهُمَّ أَنْجِ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ فَلِسْطِيْنَ
اللَّهمَّ اشدُدْ وطأتَك على اليهود
اللهم عذّب اليهود عذابا كبيرا