Mendidik Anak agar Berbahasa yang Baik
Ikhsan Abdul Aziz, S.Pd.
Bahasa adalah alat komunikasi yang penting untuk dibahas, karena ia ada dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan berbahasa yang baik tidak hanya berdampak pada kemampuan komunikasi, tetapi juga bisa membentuk karakter seseorang. Mendidik anak agar berbahasa yang baik adalah salah satu tugas penting dalam pembentukan kepribadian.
Setiap orang berkomunikasi dengan bahasa yang disampaikan berupa pembicaraan dan tulisan. Suatu informasi disampaikan dengan bahasa karena tujuan tertentu. Septiaji (2017, 28) menyatakan bahwa bahasa berfungsi sebagai penyampai informasi yang bersumber dari pemikiran dan perasaan setiap orang atau kelompok. Karenanya tidak ada pesan yang dikomunikasikan tanpa bahasa.
Seseorang yang berperan paling depan dalam mendidik anak agar ia mampu berbahasa dengan baik adalah orang tuanya sendiri. Makna bahasa baik yang dimaksud adalah bahasa yang diungkapkan dengan santun, tidak menyakiti mitra tutur (pendengar). Orang tua perlu menerapkan kebiasaan baik kepada anaknya berupa bahasa yang diucapkan dan ditulis dengan santun.
Orang tua adalah teladan utama bagi anak-anak. Setiap anak—dari usia balita hingga tahap sekolah—belajar melalui pengamatan dan peniruan. Penting bagi setiap ibu atau ayah untuk berbicara dan bertindak dengan bahasa yang sopan di depan anak-anak. Hindari penggunaan bahasa kasar, caci maki, atau kata-kata yang merendahkan orang lain. Ajarkan kepada anak untuk menghormati orang lain melalui bahasa yang baik.
Orang tua perlu ajarkan anak-anak tentang penggunaan kata yang tepat. Dengan memahami bahasa yang baik, anak-anak akan dapat menyampaikan pikiran, perasaan, dan ide-ide mereka dengan jelas dan efektif. Dorong mereka untuk membaca buku untuk meningkatkan kosakata dan pemahaman bahasa.
Ada beberapa kata yang sebaiknya dibiasakan untuk diucapkan anak sejak dini. Bahasa-bahasa ini bisa menjadi indikasi seorang anak dikategorikan santun. Berikut ini adalah kata-kata yang dapat penulis sampaikan:
1. Maaf
Maaf adalah kata ajaib yang mampu menghasilkan energi positif. Biasanya permintaan maaf adalah ungkapan penyesalan dari seseorang ketika ia merasa bersalah. Permintaan maaf adalah bagian dari interaksi sosial yang menunjukkan penyesalan dan kesediaan untuk memperbaiki hubungan atau situasi yang tidak diinginkan. Kata “maaf” memiliki kekuatan untuk membangun kembali keterhubungan antarindividu.
Permintaan maaf adalah bentuk pengakuan diri terhadap kesalahan atau kekurangan yang telah dilakukan. Ini adalah tindakan jujur dan transparan yang menunjukkan bahwa seseorang menyadari perbuatannya yang mungkin telah menyakiti atau mengganggu orang lain. Ikhsan A. A., dkk (2023, 112) menyatakan bahwa meminta maaf tidak sesulit memberi maaf. Benar bahwa yang lebih susah adalah menerima dan memberi maaf, namun permohonan maaf dari seorang anak adalah sikap yang perlu diapresiasi.
Ungkapan maaf dari seorang anak adalah momen yang sangat berharga dan penting dalam proses pendidikan dan perkembangan pribadi. Hal ini menunjukkan bahwa anak memiliki kesadaran sosial dan kemauan untuk bertanggung jawab atas perbuatannya. Berikan kesempatan untuk anak memahami mengapa perbuatannya salah dan bagaimana cara untuk memperbaikinya. Berikut adalah contoh kalimat maaf sederhana yang bisa disampaikan:
- “Maaf, atas kesalahanku, Ibu.”
- “Maaf, hari ini aku terlambat.”
- “Maaf, tadi tidak sengaja, Ayah.”
2. Tolong
Tolong biasanya diucapkan oleh seseorang ketika ia membutuhkan bantuan. Permintaan tolong adalah sesuatu yang sepenuhnya manusiawi, karena setiap orang pasti membutuhkan bantuan orang lain. Kata “tolong” digunakan ketika seseorang membutuhkan bantuan, bimbingan, atau dukungan dari orang lain. Ini bisa berkaitan dengan tugas tertentu, situasi darurat, atau masalah pribadi yang dihadapi.
Mengucapkan “tolong” adalah tanda bahwa seseorang menyadari keterbatasan atau kesulitan yang dihadapi dan mengakui bahwa mereka membutuhkan bantuan orang lain. Hal ini mencerminkan sikap kerendahan hati dan kemampuan untuk mengakui kebutuhan akan bantuan. Dengan mengajarkan anak-anak untuk menggunakan kata “tolong” dengan benar, kita berupaya memupuk sikap saling membantu dan peduli terhadap orang lain sejak dini.
Anak-anak akan memahami bahwa adalah hal yang wajar meminta bantuan dan memberikan bantuan ketika dibutuhkan. Ketika seorang anak meminta tolong, penting untuk menunjukkan sikap terbuka dan pengertian. Anak-anak perlu merasa bahwa mereka dapat berbicara dengan orang dewasa tanpa takut dihakimi atau diabaikan. Berikut adalah contoh kalimat tolong sederhana yang bisa disampaikan:
- “Tolong maafkan saya.”
- “Tolong bantu saya.”
- “Tolong angkat teleponnya.”
3. Terima kasih
Terima kasih adalah bagian dari ungkapan syukur dan bahagia dari seseorang. Kata “terima kasih” adalah sebuah ungkapan yang mencerminkan rasa syukur atas bantuan, pemberian, atau situasi baik yang dialami. Ini adalah bentuk apresiasi dan penghargaan yang umum digunakan dalam berbagai situasi sehari-hari.
Ungkapan “terima kasih” adalah cara terbaik untuk menunjukkan rasa hormat dan penghargaan terhadap bantuan dan perhatian yang diberikan oleh orang lain. Ungkapan terima kasih menunjukkan bahwa seseorang menghargai upaya dan peran orang lain dalam hidup. Dengan mengucapkan “terima kasih”, kita menghadirkan kebaikan dan positivitas dalam hidup. Ini membantu dalam pembentukan pola pikir yang optimis dan menginspirasi orang lain untuk melakukan hal-hal baik.
Ungkapan “terima kasih” dari seorang anak adalah momen istimewa yang mencerminkan pembelajaran nilai-nilai penting seperti apresiasi, rasa hormat, dan penghargaan terhadap perhatian yang tekah diberikan. Ungkapan ini adalah tanda pertumbuhan emosional dan sosial anak. Ungkapan “terima kasih” adalah contoh penting dari etika dan kesopanan dalam interaksi sosial. Ini mengajarkan anak untuk memberikan respon yang baik terhadap pemberian atau bantuan yang diterima. Berikut adalah contoh kalimat terima kasih yang bisa disampaikan:
- “Terima kasih atas kerja samanya.”
- “Terima kasih atas hadiahnya, Ayah.”
- “Terima kasih sudah membantuku, Ibu.”
4. Permisi
Ucapan permisi dari seorang anak adalah tindakan sopan dan hormat yang menunjukkan bahwa anak memiliki kesadaran sosial dan etika. Ini adalah ekspresi yang menunjukkan penghargaan terhadap orang yang lebih tua dan otoritas yang lebih tinggi. Ucapan permisi mencerminkan sikap hormat dan kesiapan untuk berkomunikasi dengan sopan.
Ucapan permisi membantu membangun keterampilan komunikasi yang sopan kepada anak. Mereka belajar untuk mengungkapkan kebutuhan mereka dengan cara yang santun dan menghormati hak orang lain. Berikut adalah contoh kalimat permisi yang bisa disampaikan:
- “Permisi, saya ingin bertanya.”
- “Permisi, bisakah saya lewat?”
- “Permisi, bolehkah saya duduk?”
Ungkapan maaf, terima kasih, tolong, dan permisi adalah unsur-unsur penting dalam membentuk karakter dan moral anak. Membiasakan anak menggunakan ungkapan-ungkapan ini membantu mengembangkan etika, empati, dan kesadaran sosial. Empat hal sederhana ini membentuk pribadi anak supaya lebih berkarakter. Membiasakan anak-anak dengan ungkapan-ungkapan ini adalah cara efektif untuk membentuk kepribadian anak agar lebih berakhlak. Hal ini juga membantu menciptakan hubungan yang sehat dan harmonis dalam keluarga dan masyarakat.
Satu hal yang perlu ditegaskan adalah tentang pembiasaan. Bahasa-bahasa yang diproduksi oleh anak akan baik bila ada konsistensi yang dibangun sejak kecil. Kunci dari pembiasaan empat bahasa anak ini adalah pembudayaan. Jangan seperti dalam suatu peribahasa, ke langit tak sampai ke bumi tak nyata. Waridah (2014, 173) memaknai peribahasa ini dengan arti melakukan pekerjaan jangan setengah-setengah. Didiklah anak agar berbahasa yang baik agar mereka menjadi pribadi yang terbaik. Sekarang, nanti, dan seterusnya orang tua perlu membimbing mereka hingga betul-betul mandiri untuk berbahasa yang santun.
Daftar Pustaka
Septiaji, Aji. 2017. Kompetensi Bahasa Indonesia (Pengantar Mata Kuliah Umum Bahasa Indonesia) . Ciamis: Insan Cerdas Bermartabat.
Ikhsan A. A., dkk. 2023. Pesan Untukmu Wahai Para Santri. Sukabumi: Farha Pustaka.
Waridah, Ernawati. 2014. Kumpulan Majas, Pantun, dan Peribahasa Indonesia Plus Kesusastraan Indonesia. Bandung: Ruang Kata.