Naskah Khotbah Jumat

Mengagungkan Bulan Rajab

Didik Gelar Permana

ORDER

Mengagungkan Bulan Rajab

Khutbah Jumat yang disampaikan oleh Didik Gelar Permana

di Masjid Jami’ Pesantren Al-Ma’tuq Sukabumi

Jumat, 14 Rajab 1445 H / 26 Januari 2023

KHUTBAH PERTAMA

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يٰاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِه وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أما بعد: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهُدَى هدى مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عليهِ وَسلَّم، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، فإنَّ كلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّار

Allah Ta’ala berfirman:

وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ

 “Dan Rabb-mu menciptakan dan memilih sesuai dengan apa yang dikehendakinya” (QS. Al-Qashash: 68)

Allah Ta’ala memilih di antara manusia orang-orang yang menjadi para rasul. Di antara para rasul tersebut ada yang Allah Ta’ala pilih menjadi para rasul terbaik yang dikenal dengan ulul ‘azmi. Di antara ulul azmi tersebut Allah Ta’ala memilih di antara mereka untuk menjadi khalilullah  yaitu Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan Nabi kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Dan di antara pilihan Allah Ta’ala tersebut adalah yang berkaitan dengan waktu. Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan semenjak diciptakannya langit dan bumi: empat bulan di antaranya adalah bulan-bulan haram”[1]

Bulan-bulan ini diagungkan dari zaman jahiliyah hingga masa Islam. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan bulan-bulan ini dalam hadisnya:

إنَّ الزَّمانَ قد استدار كهيئتِه يومَ خَلَق اللهُ السَّمواتِ والأرضَ، السَّنةُ اثنا عَشَرَ شَهرًا، منها أربعةٌ حُرُمٌ، ثلاثٌ متوالياتٌ: ذو القَعْدةِ، وذو الحِجَّةِ، والمحَرَّمُ، ورَجَبُ مُضَرَ الذي بين جُمادى وشَعبانَ

“Sesungguhnya waktu telah berputar sebagaimana keadaannya semenjak Allah ciptakan langit dan bumi. Setahun ada dua belas bulan. Di antara bulan-bulan tersebut terdapat empat bulan haram. Tiga bulan berturut-turut: Zulkaidah, Zulhijjah, Muharam, dan Rajab Mudhar yaitu bulan di antara bulan Jumada dan Syakban”  

Di antara keutamaan bulan haram ini, Allah Ta’ala ingatkan hambanya untuk tidak melakukan kezaliman (kemaksiatan) di bulan ini dengan berfirman”

فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ

“Janganlah kalian menzalimi diri kalian di bulan-bulan itu.”[2]

Maksiat yang dilakukan di bulan ini, dosa dan siksaannya lebih besar jika dibandingkan dengan dosa dan siksaan di bulan lain. Imam Ibnu Katsir memaknai ayat tersebut bahwa dosa di bulan ini akan dilipatgandakan:

 كما أن المعاصي في البلد الحرام تضاعف، لقوله تعالى: {ومن يرد فيه بإلحاد بظلم نذقه من عذاب أليم} وكذلك الشهر الحرام تغلظ فيه الآثام؛ ولهذا تغلظ فيه الدية في مذهب الشافعي

“Sebagaimana dosa yang dilakukan di tanah suci akan dilipatgandakan, berdasarkan firman Allah ‘Siapa saja yang bermaksud melakukan kejahatan di dalamnya, Allah akan timpakan kepadanya azab yang pedih.’ Demikian juga dengan maksiat yang dilakukan di bulan-bulan haram dosanya dilipatgandakan. Dan dalam mazhab Syafi’i diyat untuk orang yang membunuh di bulan ini dilipatgandakan.”[3]

Para jemaah sekalian rahimakumullah!

Di antara hikmah mengapa dosa di bulan Rajab dilipatgandakan, karena dua bulan lagi kita akan memasuki bulan yang paling istimewa yaitu Ramadan.

Para ulama salaf mengatakan:

 شهر رجب شهر البذر، وشهر شعبان شهر السقي، وشهر رمضان شهر الحصاد

“Bulan Rajab adalah bulan untuk menanam, bulan Syakban bulan untuk menyiram, dan bulan Ramadan bulan untuk menuai hasil panen.”

Dari sini, bisa kita ketahui hikmah dari pengagungan bulan ini yaitu agar setiap kaum muslim terbiasa menjauhi dosa dan maksiat di bulan Rajab. Sebab orang yang masih suka bermaksiat di bulan Ramadan ruginya luar biasa. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ورَغِمَ أنفُ رجلٍ دخل عليه رمضانُ، ثم انسلخ قبل أن يُغْفَرَ له

“Celaka seorang hamba yaitu orang yang melewati bulan Ramadan dalam kondisi dosa-dosanya belum diampuni.”[4]

Rasulullah orang yang sangat lembut, jarang sekali mendoakan kecelakaan bagi orang lain. Ini menunjukkan bahwa orang tersebut benar-benar merugi dan celaka. Maka, sejatinya Allah telah membuat alur yang begitu indah agar kita bisa memasuki bulan Ramadan dalam sebaik-baiknya keadaan.

Para ulama salaf dahulu mereka biasa berdoa enam bulan sebelum Ramadan agar Allah Ta’ala memberikan taufik kepada mereka di bulan Ramadan. Kemudian mereka berdoa enam bulan setelahnya agar ibadah mereka di bulan Ramadan di terima Allah Ta’ala.

Jika kita belum menyiapkan diri menyambut bulan Ramadan sejak enam bulan sebelumnya yakni di bulan Rabi’ul Awwal, maka sekaranglah waktunya kita untuk mempersiapkan menyambut bulan Ramadan.

Para jemaah sekalian rahimakumullah!

Tidak peduli dengan keutamaan bulan-bulan haram merupakan sifat orang Jahiliah. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

   إِنَّمَا النَّسِيءُ زِيَادَةٌ فِي الْكُفْرِ ۖ يُضَلُّ بِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا

“Sesungguhnya perilaku mengundur bulan haram itu hanya menambah kekafiran. Orang-orang kafir disesatkan dengan sebab pengunduran tersebut.”[5]

Yakni ketika orang-orang Jahiliah memiliki kepentingan untuk berperang, sementara mereka sedang berada di bulan haram, maka mereka akan menggeser bulan haram itu agar tetap bisa berperang sesuai dengan hawa nafsu mereka.

Sidang salat Jumat rahimakumullaah!

Kita sebagai umat Islam, hendaknya memuliakan bulan Rajab ini. Jangan mengatakan “nanti aja, saya akan taat di bulan Syakban.” Ini mirip dengan orang-orang Jahiliah. Allah Ta’ala sudah memilih bulan Rajab untuk persiapan Ramadan, maka jangan ditunda lagi ke bulan Syakban. Persiapkanlah Ramadan dari bulan Rajab yang kita sedang berada di dalamnya. Kita hindari maksiat di bulan ini dan mulai meningkatkan ibadah kita kepada Allah Ta’ala.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم

KHUTBAH KEDUA

الحمد لله على إحسانه، والشُّكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحدَه لا شريك له تعظيمًا لشانه، وأشهد أنَّ محمَّدًا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، صلَّى الله عليه وعلى آله وصحابته وسلَّم تسليمًا كثيرًا.

Sidang salat Jumat rahimakumullaah!

Sebagian kaum muslimin mereka memuliakan bulan Rajab dengan cara yang melampai batas dari apa yang diinginkan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Mereka melakukan ibadah-ibadah yang anggap cara memuliakan bulan Rajab padahal sejatinya bukan. Di antara amalan-amalan tersebut:

1. Salat Raghaib

Yaitu salat yang biasa dilakukan di Jumat pertama antara Maghrib dan Isya. Berkata Syekhul Islam rahimahullah:

وأما صلاة الرغائب لا أصل لها، بل هي محدثة

“Adapun salat Raghaib, maka tidak ada landasannya dalam syariat bahkan ia adalah hal yang diada-adakan.”[6]

2. Salat Ummi Dawud

Yaitu salat yang dilakukan di pertengahan di bulan Rajab. Syekhul Islam rahimahullah menjelaskan mengenai hari pertengahan bulan Rajab ini:

تعظيم هذا اليوم لا أصل له في الشريعة أصلا

“Mengagungkan hari ini tidak ada dasarnya dalam syariat.”[7]

3. Penyembelihan ‘Atirah

Yaitu penyembelihan yang dilakukan untuk mengagungkan bulan Rajab. Padahal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

لا فرع ولا عتيرة

“Tidak ada (dalam syariat Islam, pen.) Fara’ dan ‘Atirah”[8]

Fara’ adalah keyakinan orang Jahiliah bahwa anak pertama dari unta atau kambing harus disembelih untuk berhala-berhala mereka. Adapun ‘atirah adalah kebiasaan orang Jahiliah untuk melakukan penyembilan di bulan Rajab sebagaimana penyembelihan di hari raya.

4. Saum khusus di bulan Rajab

Al-Hafiz Ibnu Hajar beliau memiliki kitab khusus berkaitan dengan hadis-hadis yang berkaitan dengan keutamaan bulan Rajab diberi judul تبيين العجب بما ورد في فضل رجب  yang mana beliau menyimpulkan: “Tidak terdapat riwayat yang yang layak dijadikan dalil atas keutamaan bulan Rajab (secara khusus, pen). Tidak ditemukan pula riwayat sahih tentang puasa Rajab, puasa di tanggal tertentu bulan Rajab, atau salat malam pada malam tertentu bulan Rajab.”[9]

Inilah beberapa ibadah yang dikhususkan di bulan Rajab dan diamalkan oleh sebagian saudara kita kaum muslim. Hendaknya kita pastikan bahwa ibadah yang kita lakukan dalam rangka memuliakan bulan Rajab memiliki landasan yang benar karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد

“Siapa saja yang mengamalkan suatu amalan (ibadah) yang tidak mengikuti petunjuk kami, maka amalannya tertolak.”[10]

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيد.

اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات، والمؤمنين والمؤمنات، الأحياء منهم والأموات.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ وَتُبْ عَلَيْنَآ إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ


[1] QS. Al-Taubah: 36

[2] QS. Al-Taubah: 36

[3] Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4 hal. 148.

[4] HR. al-Tirmizi: 3545

[5] QS. Al-Taubah: 37

[6] Majmu’ al-Fatawa Jilid 32 hal. 132

[7] Iqtidha Shirathal Mustaqim Jilid 2 hal. 122

[8] HR. al-Bukhari dan Muslim

[9] Tabyiinul ‘Ajab bimaa Warada fii Fadhli Rajab hal. 23

[10] HR. Muslim

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button