Macam-Macam Ibadah Batin
Muhammad Ichsan, BA., M.Pd.
Wajib hukumnya bagi seorang muslim untuk meniatkan ibadahnya hanya kepada Allah saja, serta tidak menyerahkan ibadahnya sedikitpun kepada selain Allah. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
“Wahai manusia, sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 21)
Allah Subhanahu wa ta’ala juga berfirman di dalam ayat yang lain:
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهٖ فَقَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ
“Sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya. Lalu, dia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah, tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Apakah kamu tidak bertakwa?” (QS. Al-Mu’minun: 23)
Telah disinggung pada tulisan sebelumnya bahwa pada hakikatnya ibadah tidak terikat dengan ritual tertentu, dan tidak terbatas dengan rukun Islam saja. Sehingga selama hal tersebut dicintai dan diridai oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, maka dapat disebut juga dengan ibadah. Baik itu berupa perkataan maupun perbuatan, baik hal tersebut merupakan ibadah yang zahir maupun yang batin. Meski perlu diketahui bahwa menurut jumhur ulama, ibadah batin lebih afdal daripada ibadah zahir. Maka dari itu pada tulisan ini, penulis ingin menjelaskan beberapa ibadah batin yang sangat penting untuk kita amalkan.
Pembaca budiman, sebelum mengetahui macam-macam ibadah batin, perlu bagi kita untuk mengetahui apa itu ibadah? Dan apakah hakikat daripada ibadah? Definisi ibadah telah penulis sebutkan pada tulisan sebelumnya, Adapun hakikat sebuah ibadah, menurut para ulama adalah التَّذَلُّلُ وَالخُضُوْعُ (“Penghinaan diri dan ketundukan”[1]).
Perlu di ketahui bahwa pada hakikatnya di dalam setiap ibadah itu terkandung sikap “penghinaan diri dan juga ketundukan”. Di saat kita melakukan sebuah ibadah, saum misalnya, maka di dalamnya sadar atau tidak sadar pastilah terdapat ketundukan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena tanpa disertai dengan ketundukan, kita tidak akan sudi menahan nafsu kita dari makan, minum dan jima’. Sikap “tunduk dan penghinaan diri” inilah yang menjadikan kita rela untuk menahan itu semua. Dan keduanya ini pada asalnya merupakan hakikat ibadah.
Berikut adalah beberapa contoh ibadah batin:
1. Mahabbah (Rasa Cinta)
Cinta merupakan hal yang pokok di dalam agama Islam. Tanpa rasa cinta kepada Allah, seseorang tidak akan sanggup untuk mengamalkan ajaran Islam. Maka dengan semakin bertambahnya kecintaan seorang hamba kepada Allah, akan semakin menguatkan imannya, dan dengan semakin lemahnya rasa cinta seseorang kepada Allah akan semakin melemahkan imannya.
Allah subhanahu wa ta’ala mengabarkan bahwa di antara sifat orang-orang beriman adalah sangat cinta kepada Allah. Bahkan melebihi cintanya kepada siapapun:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْدَادًا يُّحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللّٰهِ ۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ ۙ
“Di antara manusia ada yang menjadikan (sesuatu) selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi-Nya) yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat kuat cinta mereka kepada Allah. (QS. Al-Baqarah: 165)
Cinta pada hakikatnya terbagi menjadi dua[2] :
a. Mahabbah Khashah, di mana cinta ini adalah cinta yang disertai dengan ketundukan yang hanya boleh diberikan kepad Allah saja. Maka mahabbah yang termasuk perilaku syirik adalah cinta kepada selain Allah yang disertai dengan penghinaan diri dan ketundukan,
b. Mahabbah Musytarokah, yaitu cinta yang tidak disertai dengan ketundukan dan penghinaan diri kepada yang dia cintai, maka ini boleh diberikan kepada selain Allah. Seperti halnya cinta seorang suami kepada istrinya.
Hakikat cinta adalah “pengorbanan”, seperti halnya ketika seseorang cinta kepada anak-anaknya, maka ia akan mengorbankan harta, waktu, dan tenaganya untuk menyenangkannya, begitu pula di dalam cinta kepada Allah Ta’ala. Maka apabila cinta kita kepada Allah Ta’ala memang jujur, tentu kita akan berani mengorbankan harta, waktu, dan tenaga demi meraih kecintaan-Nya.
2. Khauf (Rasa Takut)
Khauf merupakan suatu ibadah batin yang sangat urgen untuk diperhatikan bagi setiap mukmin. Dengan khauf ini seseorang akan tergerak untuk taat dan menjauhi maksiat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman untuk menggambarkan hamba-Nya berupa malaikat, para nabi dan orang-orang saleh,
يَخَافُوْنَ رَبَّهُمْ مِّنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ ࣖ
“Mereka takut kepada Rabb mereka yang (berkuasa) di atas mereka dan melaksanakan apa saja yang diperintahkan (kepada mereka).”
Berdasarkan dalil-dalil yang ada, para ulama membagi khauf menjadi empat macam[3]:
a. Khauf yang wajib, yaitu rasa takut terhadap adzab Allah dan hukuman yang Allah janjikan bagi orang-orang yang bermaksiat kepada-Nya. Inilah khauf yang termasuk bagian dari keimanan, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala:
ذٰلِكَ لِمَنْ خَافَ مَقَامِيْ وَخَافَ وَعِيْدِ
“Yang demikian itu (berlaku) bagi orang yang takut akan kebesaran-Ku dan takut akan ancaman-Ku.” (QS. Ibrahim: 14)
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّه جَنَّتٰنِ
“Bagi siapa yang takut pada keagungan Tuhannya disediakan dua surga.” (QS. Ar-Rahman: 46)
b. Khauf yang mubah, yaitu rasa takut terdapat pada tabi’at manusia pada umumnya; seperti takut terhadap binatang buas, takut kepada ketinggian, takut kepada kegelapan, dan lain-lain. Allah Ta’ala berfirman:
فَخَرَجَ مِنْهَا خَاىِٕفًا يَّتَرَقَّبُ
“Maka, keluarlah dia (Musa) dari negeri tersebut dengan rasa takut dan waspada.” (QS, Al-Qashash:21)
c. Khauf sirr, yaitu rasa takut yang diberikan kepada selain Allah dan disertai rasa tunduk dan penghinaan diri kepada sesuatu yang ditakutinya tersebut. Maka khauf jenis ini merupakan khauf yang Syirik.
وَيُخَوِّفُوْنَكَ بِالَّذِيْنَ مِنْ دُوْنِهٖۗ وَمَنْ يُّضْلِلِ اللّٰهُ فَمَا لَهٗ مِنْ هَادٍۚ
“Bukankah Allah yang mencukupi hamba-Nya? Mereka menakut-nakutimu dengan (sesembahan) selain Dia. Siapa yang Allah biarkan sesat tidak ada satu pun yang memberi petunjuk kepadanya.” (QS. Az-Zumar:36)
d. Khauf yang haram. Yaitu rasa takut kepada sesuatu tanpa disertai rasa tunduk dan penghinaan diri, namun menjerumuskan dirinya kepada kemaksiatan atau meninggalkan ketaatan. Seperti seorang yang yang ikut-ikutan minum khomr ketika diajak oleh bosnya dikarenakan takut dipecat oleh bos tersebut. Dapat disimpulkan bahwa khauf (rasa takut) yang syirik adalah rasa takut kepada selain Allah yang disertai dengan penghinaan diri dan juga ketundukan. Sebab penghinaan diri dan ketundukan inilah yang merupakan hakikat daripada ibadah.
3. Roja’ (Rasa Harap)
Roja’ yaitu ibadah adalah rasa harap yang disertai dengan ketundukan dan penghinaan diri. Roja’ seperti ini hanyalah boleh diberikan kepada Allah saja. Allah berfirman tentang sifat orang-orang beriman:
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۙ اُولٰىِٕكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman serta orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Baqarah:218)
Sebagai seorang hamba, hendaknya ia menggabungkan antara khauf dan roja’. Dia tidak boleh terlalu berlebihan khauf-nya sehingga menjadikan putus asa dari rahmat Allah, dan hendaknya dirinya tidak terlalu besar roja’-nya sehingga menyebabkan dirinya menggampangkan dan tidak mau beramal.
Namun hendaknya seorang mukmin berada di tengah-tengah. Hendaknya dia takut kepada Allah dengan rasa takut yang menjadikan dia menghindar dari kemaksiatan dan dia memiliki sifat roja’ yang memotivasi dirinya untuk beramal saleh.
Inilah beberapa amalan batin yang sangat penting untuk kita pelajari dan amalkan di dalam keseharian kita dalam rangka meningkatkan ubudiyyah kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan masih banyak lagi contoh ibadah-ibadah bathin lainnya, seperti tawakkal, sabar, khusyu, dan lain-lain. Namun tiga amalan ini yang penulis anggap paling penting untuk dibahas. Dimana kata para ulama, bahwa rukun ibadah ada 3, yaitu: mahabbah, khauf dan roja’. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
اِنَّهُمْ كَانُوْا يُسٰرِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ وَيَدْعُوْنَنَا رَغَبًا وَّرَهَبًاۗ وَكَانُوْا لَنَا خٰشِعِيْنَ
“Sesungguhnya mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan dan berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami. (QS. Al-Anbiya’:90)
Maka tanpa hadirnya ketiga ibadah batin ini pada hati kita, akan sulit bagi hati kita untuk dapat tergerak di dalam melaksanakan ibadah-ibadah yang lainnya.[4]
[1] Mghni al-Muhtaj ilaa Ma’rifati Ma’aani Alfazh al-Minhaj karya Khathib al-Syirbini Jilid 1 hal. 371 Terbitan Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
[2] Syarh Fathul Majiid Lil ghanaiman, karya Syaikh Abdullah bin Muhammad al-Ghonaiman (3/84)
[3] Asy- Syiriku fii al qadiim wa al hadiits, karya Abu bakr Muhammad Zakariyya (21/1085)
[4] Disarikan dari Muqarrar Maddah al-Aqidah karya beberapa ulama hal. 45 s.d. 51 terbitan Ghars