Pendidikan

“Menebar Kebaikan dengan Tindakan, Kunci Sukses Pendidikan yang Mulai Ditinggalkan”

Ikhsan Abdul Aziz, S.Pd.

ORDER

Menebar Kebaikan dengan Tindakan, Kunci Sukses Pendidikan yang Mulai Ditinggalkan

Ikhsan Abdul Aziz, S.Pd.

Pendidikan merupakan satu bidang yang tidak akan pernah terpisahkan dari kehidupan setiap insan. Umumnya seorang anak yang mulai tumbuh akan masuk ke lembaga pendidikan tingkat dasar, lalu menengah pertama, hingga tingkat atas. Bahkan tidak sedikit yang menargetkan sampai ke perguruan tinggi dengan jurusan sesuai minat masing-masing. Upaya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa ini selalu dipikirkan oleh semua orang, terutama para pendidik dan peserta didik.

Mendidik adalah bagian dari usaha seseorang untuk menjadikan manusia memiliki peran dan ciri seutuhnya. Manusia adalah manusia, yang membedakan ia dengan yang lainnya adalah terdidik atau belum terdidik. Seseorang yang telah terdidik tidak hanya sekadar dibuktikan dengan ijazah dan gelar yang terpampang dengan nama. Indikasi utama seseorang telah terdidik atau belum adalah tentang kebaikan adab dan akhlaknya. Sangat disayangkan ketika banyak orang sudah memiliki gelar yang begitu banyak, namun perangainya tidak mencerminkan identitas yang sesungguhnya.

Mendidik ialah kata kerja tindakan yang memang perlu usaha nyata. Jalaslah bahwa kegiatan yang penuh dengan kebaikan ini adalah bagian dari ibadah. Siapa saja yang menjadi bagian dari proses pendidikan perlu menebar kebaikan dengan lisan, tulisan, dan terutama tindakan. Perilaku seorang pendidik, sepenuhnya diperhatikan oleh peserta didik. Anak-anak akan mencontoh setiap aktivitas dan gaya hidup seseorang yang berperan menjadi pendidiknya. Perhatian siswa kepada gurunya bukan hanya ketika di kelas saja, melainkan di setiap tempat.

Pendidikan memiliki sebuah kunci kesuksesan. Dalam gemuruh kehidupan sehari-hari yang penuh tantangan, kita mungkin lupa bahwa menebar kebaikan dalam mendidik adalah kunci sukses sejati. Kadang semakin kita meratapi dan mencari solusi kompleks, semakin kita cenderung melupakan nilai dasar yang menjadikan sebuah pendidikan berhasil. Nilai pendidikan yang memiliki fondasi kuat itu adalah penanaman akhlak dan budi pekerti.

Di tengah banyak tekanan untuk mencapai standar akademis yang ketat, pendidikan seharusnya lebih dari sekadar mengisi kepala siswa dengan fakta dan angka. Pendidikan bukan hanya tentang hasil belajar. Pendidikan harus kembali fokus pada pembentukan karakter agar siswa tumbuh dengan sifat dan sikap yang baik. Karakter mencakup sifat, akhlak, dan budi pekerti. Pendidikan karakter juga dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam agar lebih bermakna.

Menebar kebaikan dalam dunia pendidikan tidak selalu memerlukan usaha besar. Memberi suatu kebaikan bisa dimulai dengan tindakan-tindakan sederhana yang dilakukan dengan tulus dan konsisten. Sesederhana seperti ketika seseorang melihat sampah, lalu ia pungut kemudian membuang ke tempatnya. Sesederhana ketika melewati orang-orang mengucapkan permisi dan ketika bertemu mengucapkan salam serta menyapa. Sesederhana ketika mendengar kumandang azan, lantas bergegas menuju masjid dan melaksanakan salat sunah. Sesederhana selalu tersenyum ketika bertemu para siswa jika guru laki-laki atau siswi jika guru perempuan. Sesederhana itu? Ya, sesederhana itu.

Setiap tindakan kebaikan yang muncul pada bentuk perilaku bukan menjawab tentang siapa dan mengapa. Inspirasi itu bisa datang dari siapa saja. Kebaikan adalah tentang bagaimana ia menjadi teladan dan banyak orang mengikutinya. Kebaikan bukan tentang usia, fisik, dan sebagainya. Kebaikan ada pada ia yang betul-betul menginginkannya. Sebagai contoh, siapa yang tidak kenal dengan muazin di zaman Nabi? Betul, ia adalah Bilal bin Rabah. Beliau mungkin kurang bagus secara fisik, tapi kebaikan yang dilakukannya mengantarkan ke surganya Allah Ta’ala.

Setiap pendidik memiliki peran-peran yang baik. Ketika melihat kembali sejarah pendidikan, kita akan menemukan bahwa kunci sukses pendidikan tidak hanya terletak pada buku-buku teks atau hasil ujian. Kunci pendidikan adalah tentang koneksi antara guru dan siswa, tentang memahami kebutuhan individu, dan memberikan dukungan yang diperlukan. Pendidik yang menginspirasi dan menebarkan kebaikan tidak hanya mengajarkan suatu materi, tetapi juga memberikan contoh hidup yang baik. Guru membantu siswa membuka potensi terbaik dengan memberikan dorongan positif, membangkitkan rasa ingin tahu, dan mengajarkan keberanian untuk mencoba dan belajar dari sebuah kegagalan.

Kemampuan para pendidik terbatas, tapi teladannya akan membekas. Memang tidak ada guru yang sempurna. Tidak ada pendidik yang tidak memiliki kesalahan. Tetapi, mulai dari sebuah kesalahan itu pendidik sebetulnya bisa bertanggung jawab dan mengevaluasinya secara mandiri. Tidak ada pendidik yang malu mengatakan maaf ketika tidak sengaja berbuat salah. Tidak ada pendidik yang malu mengatakan tidak tahu ketika ditanyai hal-hal yang di luar dari kemampuannya. Semua ada lukanya, semua ada obatnya, dan semua ada cara baiknya. Seperti dalam satu peribahasa, bermain air basah, bermain api letup. Setiap pekerjaan atau usaha ada susahnya, ada rintangannya.

Keteladanan adalah sikap yang perlu diperhatikan. Seorang pemimpin yang memiliki keteladanan baik dapat memberikan dampak positif pada tim atau organisasinya. Begitu pula dalam lingkungan pendidikan, keteladanan guru dapat membentuk dan mempengaruhi karakter dan perilaku murid. Sayangnya, banyak pendidik yang sekarang tidak lagi berorientasi pada hal ini. Banyak pendidik yang lupa bahkan meninggalkan kunci sukses pendidikan ini. Padahal Nabi Muhammad Shallallāhu ’Alaihi Wa Sallam kita tercinta juga berdakwah dengan keteladanan yang baik hingga diberi gelar Al-Amin. Dengannya banyak sahabat yang menerima dan mengikutinya, atas izin Allah Ta’ala.

Untuk itu para pendidik sebaiknya kembali pada konsep awal pendidikan. Para pendidik perlu bersikap baik di depan dan di belakang murid secara tulus. Pendidikan sebaiknya kembali memprioritaskan pada ranah afektif. Bimbingan dan penilaian guru kepada murid bukan lagi hanya tentang pengetahuan dan keterampilan, tapi juga sikap. Dengan menebarkan kebaikan berupa tindakan nyata, murid akan lebih semangat membentuk masa depan. Dengannya tindakan guru yang baik akan menghasilkan murid-murid yang juga baik, insyaallah.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button