Kenapa Langit Berwarna Biru?
Siti Zulmaidita Aulia, S.S.
Kenapa langit berwarna biru? Tepatnya ketika di siang hari dan cuaca cerah, maka pasti langit berwarna biru. Apa karena bumi di kelilingi lautan, sehingga langit ikut memantulkan warna yang berasal dari lautan atau samudera? Lalu bagaimana penjelasan langit saat fajar? Ketika fajar tiba langit tidak terlihat biru, malah langit berwarna jingga. Atau ketika senja tiba, warna merahlah yang menutupi langit. Jadi apa warna langit yang sebenarnya itu?
Selama ini terdapat kekeliruan bahwa langit itu biru. Hal ini karena fenomena tersebut direfleksikan dari warna lautan dan samudera. Ada pula yang mengatakan bahwa langit biru itu karena lapisan ozon yang melindungi bumi. Kenyataannya, langit biru karena atmosfer bumi memecah cahaya matahari yang datang saat mulai menyinari bumi. Warna yang terpecah akan tertangkap oleh mata manusia berwarna biru. Itu karena mata manusia lebih sensitif untuk mendeteksi cahaya biru dibandingkan warna yang lain.
Fenomena ini berkaitan dengan peristiwa ‘Rayleigh Scattering’ atau hamburan Rayleigh. Dinamai ini berdasarkan seorang fisikawan Inggris, Lord Rayleigh. Beliau menjelaskan bahwa ketika cahaya matahari mulai menyinari langit, yang sebenarnya terjadi adalah penghamburan cahaya terlebih dahulu oleh beberapa gas. Di bumi, gas yang paling banyak seperti oksigen dan nitrogen ikut memecahkan cahaya. Lalu warna biru lebih berhamburan dibandingkan dengan warna lainnya yang tertangkap oleh mata.
Sebenarnya warna dari cahaya matahari itu tidak hanya berwarna biru, tapi karena perbedaan gelombang elektromagnetik untuk warna biru dan violet lebih pendek dibandingkan warna yang lain. Misalnya saja warna merah, gelombang elektromagnetiknya lebih panjang. Sehingga tampaklah langit berwarna biru sepanjang hari. Namun ketika matahari berada di ufuk langit, seperti saat terbit dan terbenam, cahaya matahari menyinari lebih jauh dari atmosfer bumi. Sehingga tidak akan melihat langit biru, karena biru sudah berhamburan terlebih dahulu. Akan tetapi yang terlihat adalah semburat merah dengan gelombang elektromagnetik panjang yang tertangkap warnanya oleh penglihatan manusia.
Apabila dilihat dengan mata secara langsung, cahaya matahari akan memunculkan kesan berwarna putih kekuningan. Sebenarnya cahaya matahari itu terdiri dari berbagai macam warna seperti pelangi. Coba saja lihat cahaya matahari melalui sebuah prisma kaca. Maka akan terbentuk spektrum warna yang berbeda-beda, berikut dengan karakteristik gelombang warna yang berbeda pula.
Warna langit sebenarnya tergantung dari atmosfer planet tersebut. Beberapa planet tidak memiliki atmosfer seperti di bumi. Tentu warna langitnya akan sangat berbeda. Misalnya saja di Mars, atmosfernya lebih tipis dibandingkan bumi. Jika di bumi langit berwarna biru, maka efek yang sama tidak akan bekerja untuk Mars. Langit di Mars justru berwarna kuning. Ini disebabkan karena partikel-partikel debu menyerap gelombang warna biru yang membuat langit Mars berwarna kuning kelabu.
Kalau kita berdiri di bulan, langit tidak akan berwarna apa pun dan hanya akan berwarna hitam. Atmosfer bulan sangat tipis, bahkan bisa dikatakan tidak ada. Karena sedikitnya atmosfer dan cahaya matahari tidak disemburkan menjadi beberapa warna, mau siang atau malam langit di bulan tetap terlihat hitam.
Berbeda dengan langit di luar angkasa yang malah terlihat gelap dalam suatu foto satelit. Padahal jaraknya dengan matahari relatif lebih dekat. Luar angkasa itu berwarna hitam pekat. Luar angkasa adalah ruang hampa, sehingga tidak ada sesuatu yang bisa memantulkan cahaya. Kita dapat mengarahkan senter ke atas ruang kosong, maka cahaya yang berasal dari senter tidak akan berpengaruh pada apa pun. Seperti itulah analogi luar angkasa yang gelap. Tidak peduli seberapa banyak bintang di luar angkasa, apabila tidak ada yang dapat memantulkan cahaya maka akan menyebabkan kondisinya tetap gelap.
Apabila tidak ada atmosfer maka sinar matahari pun tidak akan bisa sampai ke bumi dan langit juga tidak akan berwarna biru seperti sekarang. Maka sudah seharusnya sebagai makhluk hidup yang tinggal di Bumi dan memiliki akal senantiasa bersyukur, serta menjaga alam dan juga lingkungannya supaya tetap lestari.
Wallahu A’lam Bishawab.
Rujukan:
Owens, Brendan. “Why is the sky blue?” https://rmg.co.uk./stories/topic/why-sky-blue// (Diakses pada 16 Juli 2024)
R, Rahma. “Penyebab langit berwarna biru” https://gramedia.com/literasi/kenapa-langit-berwarna-biru// (diakses pada 16 Juli 2024)