Perbedaan Antara Orang yang Bersedekah dan Orang yang Berbuat Riba (Bag. 2)
Wildan Faroz, B.A., M.Pd.
Perbedaan Antara Orang yang Bersedekah dan Orang yang Berbuat Riba (Bag. 2)
Penerjemah: Wildan Faroz, B.A., M.Pd.
Hukuman lainnya bagi pelaku riba disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Nabi Muhammad ﷺ menceritakan dalam mimpinya tentang seorang lelaki yang berenang di sungai yang berwarna seperti darah. Ketika ia berusaha untuk keluar dari sungai, seorang lelaki berdiri di tepi sungai melemparkan batu ke mulutnya. Ia terus berenang dan menerima hukuman ini setelah kematiannya. Perbedaan sangat jelas antara kondisi menyedihkan ini dengan kondisi orang yang bersedekah, yang dijanjikan Allah Ta’ala dengan pahala besar dan kebaikan yang melimpah di dunia dan akhirat.
Selain itu pelaku riba memiliki kemiripan dengan kaum Yahudi yang disebutkan Allah dalam Al-Qur’an. “Dan karena mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil” (QS. An-Nisa: 161). Mereka juga memiliki kemiripan dengan orang-orang kafir dan musyrik. Dalam Khotbah Wada’, Nabi ﷺ membatalkan seluruh riba yang ada di zaman jahiliah dan beliau bersabda: “Sesungguhnya seluruh riba dari riba jahiliah telah dibatalkan.”
Islam datang untuk membatalkan dan melarang riba. Barang siapa yang diselamatkan Allah dari riba, maka ia telah mendapatkan karunia yang besar. Namun, siapa yang terjerumus ke dalam riba, maka ia memiliki kemiripan dengan orang-orang Yahudi dan musyrik. Nabi ﷺ memperingatkan dengan sabdanya: “Kalian pasti akan mengikuti jejak orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, dan sehasta demi sehasta, bahkan jika mereka masuk ke dalam lubang dhabb (sejenis kadal) sekalipun, kalian pasti akan mengikutinya.”
Seseorang yang bersedekah adalah orang yang hatinya dipenuhi oleh Allah dengan rasa kasih sayang dan kepedulian terhadap fakir miskin dan mereka yang membutuhkan. Ketika dia melihat ada yang membutuhkan, dia dengan ikhlas memberikan hartanya di jalan Allah, mengharapkan janji Allah, pahala yang besar, dan balasan yang mulia dari-Nya. Sebaliknya, seseorang yang mempraktikkan riba, ketika melihat orang-orang dalam kesulitan, dia justru terdorong oleh keserakahan dan ketamakan. Dia meminjamkan uang kepada mereka dengan syarat mereka harus mengembalikannya dengan jumlah yang berlipat ganda, terutama jika waktunya semakin lama. Orang ini tidak peduli dengan penderitaan si miskin atau kebutuhan orang yang memerlukan bantuan. Hatinya keras dan kosong dari kasih sayang, sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad ﷺ: “Allah tidak akan mengasihi siapa pun yang tidak merahmati orang lain.” Nabi juga menyebutkan bahwa orang yang malang adalah orang yang telah dicabut dari hatinya rasa kasih sayang.
Sebaliknya, orang yang bersedekah memberikan dengan hati yang lapang, penuh kemurahan hati, dan kedermawanan. Harta yang dikumpulkan oleh pelaku riba adalah harta yang tidak diberkahi dan tidak membawa kebaikan. Sementara itu, sedekah meskipun sedikit, akan dilipatgandakan oleh Allah Ta’ala menjadi pahala, kebaikan, dan keberkahan yang berlipat ganda di dunia dan akhirat.
Seseorang yang memperhatikan keadaan rentenir dalam masyarakat akan mendapati bahwa pandangan orang terhadapnya adalah pandangan penuh kebencian karena keserakahan, ketamakan, dan ketidakpuasan yang memenuhi hatinya. Di tengah masyarakat, dia dibenci oleh orang-orang. Hati mereka membencinya dan jiwa mereka merasa jijik dengan tindakannya. Berbeda dengan orang yang bersedekah, dia dicintai oleh Allah dan oleh hamba-hamba-Nya. Rentenir tidak mendapatkan apa-apa dari aktivitas riba kecuali doa-doa buruk dari orang-orang yang dia zalimi, karena dia memanfaatkan kelemahan dan kebutuhan mereka. Sementara itu, orang yang bersedekah mendapatkan doa-doa keberkahan, pujian yang baik, dan kenangan yang harum karena kebaikan, kemurahan hati, dan kedermawanannya.
Dalam hadis yang sahih dari Nabi kita yang mulia ﷺ, disebutkan bahwa seorang hamba pada hari kiamat akan ditanya tentang dua hal terkait hartanya, dari mana dia mendapatkannya? Dan untuk apa dia menggunakannya? Rasulullah ﷺ bersabda: “Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat hingga dia ditanya tentang empat hal, (salah satunya) tentang hartanya, dari mana dia mendapatkannya dan untuk apa dia membelanjakannya?”
Betapa mulianya keadaan dan betapa indahnya kesudahan bagi orang yang dermawan ketika dia berdiri di hadapan Allah Ta’ala dan ditanya tentang hartanya. Jawabannya adalah bahwa ia memperoleh hartanya dari sumber yang halal dan menghabiskannya pada jalan yang Allah halalkan, serta menginfakkannya dalam bentuk amal kebaikan, kebajikan, dan sedekah. Dan betapa buruknya keadaan dan kesudahan bagi orang yang mempraktikkan riba ketika dia berdiri di hadapan Allah Yang Maha Agung dan ditanya tentang hartanya. Ternyata, hartanya dikumpulkan dari riba dan sumber-sumber haram lainnya dan dibelanjakan pula dalam hal-hal yang haram dan yang mendatangkan kemurkaan Allah.
Tempat ini tidak cukup untuk menyebutkan lebih dari ini, tetapi apa yang disebutkan sudah cukup sebagai pelajaran dan peringatan bagi mereka yang diberikan petunjuk oleh Allah untuk mengambil hikmah dan pelajaran. Hanya Allah yang memberi petunjuk dan tidak ada sekutu bagi-Nya.
Sumber: https://al-badr.net/muqolat/7820