Meraih Cinta Manusia
Penerjemah: Wildan Faroz, B.Sh., M.Pd.
Di penutup surah Maryam Allah `azza wajalla berfirman:
إِنَّ ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ سَیَجۡعَلُ لَهُمُ ٱلرَّحۡمَـٰنُ وُدࣰّا
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (QS. Maryam: 96)
Ayat yang mulia ini menjelaskan salah satu buah keimanan yang sangat berharga dan dampak besar dari amal shaleh, yaitu bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menanamkan rasa kasih sayang dalam hati hamba-hamba-Nya kepada orang-orang yang beriman dan melakukan amal shaleh. Ini adalah karunia, keutamaan, dan taufik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Faidah dari keimanan sangat banyak dan tidak terhitung. Banyak ulama telah menulis karya-karya yang bermanfaat mengenai hal ini. Salah satu karya yang sangat berharga adalah tulisan dari Syekh Abdul Rahman bin Nasir al-Sa’di rahimahullah dalam bukunya “Al-Tawdih wa al-Bayan Li al-Syajarati al-Iman” (Penjelasan dan Penegasan tentang Pohon Iman), di mana beliau menyusun sebuah bab khusus untuk menjelaskan manfaat, buah, dan dampak dari iman.
Faidah dari ayat yang mulia ini dijelaskan oleh hadits yang terdapat dalam Shahih Muslim, hadits dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu. Hadits ini juga sering dikutip oleh para mufasir dalam menjelaskan ayat ini, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah, apabila Dia mencintai seorang hamba, Dia memanggil Jibril dan berkata: “Aku mencintai si Fulan, maka cintailah dia.” Maka Jibril mencintainya. Kemudian Jibril menyerukan di langit: “Sesungguhnya Allah mencintai si Fulan, maka cintailah dia.” Maka penduduk langit mencintainya. Lalu diletakkan untuknya penerimaan di bumi.’”
Perhatikanlah bahwa cinta dan penerimaan manusia yang disebutkan dalam hadits semuanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang melakukannya sendiri. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan: “Dan apabila Allah membenci seorang hamba, Dia memanggil Jibril dan berkata: “Aku membenci si Fulan, maka bencilah dia.” Maka Jibril membencinya. Kemudian Jibril menyerukan di langit: “Sesungguhnya Allah membenci si Fulan, maka bencilah dia.” Maka penduduk langit membencinya. Lalu ia dibenci oleh orang-orang di bumi”.
Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya dengan beberapa jalan sanad, dan terdapat kisah yang disebutkan dalam salah satu sanadnya yaitu sanad dari Suhail bin Abu Shalih dari ayahnya dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa Suhail bin Abu Shalih berkata: “Kami berada di Arafah, dan Umar bin Abdul Aziz lewat saat musim haji. Orang-orang pun berdiri dan memandangnya dengan penuh kasih, penghormatan, dan cinta. Aku berkata kepada ayahku: “Wahai ayah, aku melihat Allah `azza wajalla mencintai Umar bin Abdul Aziz.” Ayahku bertanya: “Mengapa engkau berkata demikian?” Aku menjawab: “Karena ia mendapatkan cinta di hati-hati manusia.” Ayahku berkata: “Wahai anakku, ayahku menjadi tebusanmu, aku mendengar Abu Hurairah meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda: ……dan menyebutkan hadits tersebut.’”
Diriwayatkan dari Abu Darda’ radhiallahu ‘anhu bahwa beliau menulis surat kepada Maslamah bin Mukhollad radhiallahu ‘anhu yang saat itu menjadi gubernur Mesir, yang berbunyi: “Salam sejahtera untukmu. Amma ba’du: Sesungguhnya seorang hamba jika ia beramal dengan ketaatan kepada Allah, Allah akan mencintainya. Ketika Allah mencintainya, Allah akan menjadikan hamba-hamba-Nya mencintainya pula. Sebaliknya, jika seorang hamba bermaksiat kepada Allah, Allah akan membencinya. Dan jika Allah membencinya, Allah akan menjadikan hamba-hamba-Nya membencinya.” Kebencian terhadap orang yang melanggar perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala akan tertanam dalam hati-hati hamba Allah. Karena itu, orang yang berdosa akan merasakan keterasingan di antara orang-orang shaleh, merasa tidak nyaman di sekitar mereka, dan merasa tidak cocok atau tidak ingin berada bersama mereka. Semua ini adalah akibat buruk dari maksiat dan dampak negatif yang dirasakan oleh seseorang di dunia.”
Seorang muslim hendaknya berusaha untuk meraih kecintaan Allah dan kecintaan hamba-hamba-Nya. Telah diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu bahwa ada seorang laki-laki berkata: “Ya Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang jika aku melakukannya, Allah akan mencintaiku dan manusia pun akan mencintaiku.’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Zuhudlah di dunia, niscaya Allah akan mencintaimu, dan zuhudlah terhadap apa yang dimiliki manusia, niscaya mereka akan mencintaimu.”
Namun, kecintaan ini tidak akan diraih hanya dengan angan-angan belaka, melainkan ada tanda dan bukti yang telah dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang).” (QS. Ali Imran: 31). Dan di antara doa yang diwariskan dari Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berkaitan dengan hal ini adalah:
«اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ حُبَّكَ ، وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ ، وَالْعَمَلَ الَّذِي يُبَلِّغُنِي حُبَّكَ
‘Ya Allah, aku memohon cinta-Mu, cinta orang-orang yang mencintai-Mu, dan amal yang dapat menyampaikanku pada cinta-Mu.
Sumber: https://al-badr.net/detail/kVPrIYGyRW