Pendidikan

Oktober Bulan Bahasa, Bulan Identitas Bangsa

Ikhsan Abdul Aziz, S.Pd.

ORDER

Oktober Bulan Bahasa, Bulan Identitas Bangsa
Ikhsan Abdul Aziz, S.Pd.

Tahukan Anda bahwa ada bulan bahasa dalam kalender Indonesia? Momen itu jatuh pada bulan ke-10, yakni Oktober. Di tengah riuh rendahnya peringatan Hari Sumpah Pemuda, terselip satu hal yang kadang kita abaikan, yaitu bulan bahasa. Bulan Oktober telah menjadi momen penting bagi bangsa Indonesia untuk merenung sejenak tentang sesuatu yang sering kita gunakan tanpa disadari. Apa itu? Jawabannya adalah bahasa. Bahasa Indonesia yang lebih dari sekadar alat komunikasi adalah fondasi yang kokoh bagi persatuan, identitas, dan kemajuan bangsa kita.

Tak perlu dipertanyakan lagi, bahasa Indonesia adalah warisan terbesar yang kita miliki sebagai bangsa. Ketika para pemuda mengikrarkan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, mereka tidak sekadar berbicara tentang nasionalisme, tetapi tentang kekuatan bahasa yang menyatukan lebih dari 700 bahasa daerah dan ribuan pulau yang terbentang dari Sabang hingga Merauke.

Oktober Bulan Bahasa

Oktober disebut Bulan Bahasa karena bulan ini bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober, sebuah momen bersejarah di mana pemuda-pemudi Indonesia pada tahun 1928 mengikrarkan tiga janji penting: satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa, yaitu bahasa Indonesia. Sumpah Pemuda menjadi simbol persatuan dan bahasa Indonesia dipilih sebagai bahasa pemersatu yang memperkuat identitas nasional.

Sebagai penghormatan terhadap peristiwa penting tersebut, Oktober kemudian dijadikan momen untuk mengapresiasi, memperingati, dan mempromosikan bahasa Indonesia serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya bahasa dalam kehidupan sehari-hari, pendidikan, dan kebudayaan. Selain itu, bulan ini juga digunakan untuk mendorong literasi dan pelestarian bahasa daerah yang merupakan bagian dari kekayaan budaya bangsa. Maka, Oktober menjadi momen yang penting untuk merefleksikan peran bahasa dalam sejarah dan perkembangan Indonesia.

Oktober, oleh karenanya lebih dari sekadar bulan perayaan bahasa. Momen ini adalah saat di mana kita sebagai masyarakat bahasa merenungkan satu makna, bahwa bahasa sebagai alat pemersatu. Bahasa Indonesia bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga simbol kebersamaan kita sebagai bangsa yang beraneka ragam. Bulan Bahasa adalah waktu yang tepat untuk mengingatkan diri bahwa di balik setiap kata yang kita ucapkan, ada perjuangan dan cita-cita besar bangsa.

Dinamika Bahasa Indonesia

Namun, seiring perkembangan zaman, bahasa Indonesia pun mengalami dinamika. Di era digital, di mana kata-kata beredar dengan cepat melalui media sosial, blog, dan pesan singkat, kita melihat sebuah paradoks. Di satu sisi, bahasa kita menjadi semakin global, dengan kata-kata baru bermunculan dari berbagai pengaruh asing. Di sisi lain, ada kekhawatiran bahwa penggunaan bahasa yang asal-asalan di media sosial dapat merusak struktur bahasa itu sendiri.

Oktober ini, mari bertanya pada diri kita. Apakah bahasa Indonesia di era digital ini semakin kaya atau justru tergerus? Apakah kita cukup bijak dalam memanfaatkan bahasa sebagai alat komunikasi yang bermartabat atau malah tanpa sadar membiarkan budaya kebahasaan kita runtuh oleh serbuan bahasa asing dan bahasa slang yang tak beraturan?

Nasib Bahasa Daerah

Tak hanya bahasa Indonesia yang berjuang di tengah era modern. Bahasa daerah, yang juga bagian dari kekayaan budaya, menghadapi tantangan yang tak kalah besar. Banyak bahasa daerah mulai terancam punah karena semakin sedikit penuturnya. Padahal, bahasa daerah adalah jendela kebijaksanaan lokal, nilai-nilai budaya, dan sejarah yang kaya.

Bulan Bahasa adalah waktu yang tepat untuk tidak hanya merayakan bahasa Indonesia, tetapi juga merenungi nasib bahasa-bahasa daerah. Mungkin, inilah saat yang tepat untuk memulai kembali upaya pelestarian bahasa daerah dengan langkah-langkah yang nyata, seperti pembelajaran di sekolah-sekolah, kampanye kebudayaan, atau sekadar membiasakan diri menggunakan bahasa daerah di rumah.

Peningkatan Literasi

Selain itu, Bulan Bahasa juga tak lepas dari upaya meningkatkan literasi di masyarakat. Namun, literasi bukan hanya tentang kemampuan membaca dan menulis. Literasi adalah kemampuan memahami makna di balik kata-kata, berpikir kritis, dan menyampaikan gagasan dengan efektif. Literasi adalah kemampuan untuk terlibat dalam dialog produktif di tengah arus informasi yang begitu deras.

Oktober adalah waktu yang ideal untuk mengingatkan diri kita betapa pentingnya literasi dalam kehidupan sehari-hari. Di era informasi seperti sekarang, kemampuan untuk memilah mana informasi yang valid dan mana yang sekadar opini adalah keterampilan yang sangat dibutuhkan. Inilah momen bagi kita untuk berkomitmen meningkatkan kualitas literasi masyarakat, khususnya generasi muda, agar mereka mampu menjadi pembaca yang kritis dan penulis yang tangkas.

Bahasa Adalah Identitas Bangsa

Pada akhirnya, bahasa adalah cermin dari jati diri kita sebagai bangsa. Setiap kata yang kita gunakan adalah representasi dari siapa kita, bagaimana kita berpikir, dan nilai-nilai apa yang kita junjung tinggi. Bulan Bahasa adalah momen reflektif, di mana kita diingatkan kembali bahwa menjaga bahasa adalah menjaga martabat bangsa.

Oktober ini, mari kita rayakan bahasa Indonesia yang tidak hanya sebagai alat komunikasi, tetapi sebagai simbol identitas, kebersamaan, dan kebanggaan. Mari kita maknai Bulan Bahasa sebagai momen untuk terus merawat dan mengembangkan bahasa kita, agar ia tetap relevan, kuat, dan bermartabat di tengah perubahan zaman. Sebab, bahasa Indonesia bukan hanya milik masa lalu, tetapi juga kunci menuju masa depan yang lebih baik. Bulan Bahasa, bulan identitas bangsa Indonesia!

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Check Also
Close
Back to top button